Bodhisattva Avalokitesvara

- Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera;
- Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri di atas Naga;
- Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu;
- Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri;
- Kwan Im Berdiri Membawa Anak;
- Kwan Im Berdiri di atas Batu Karang/Gelombang Samudera;
- Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu;
- Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.
Selain
perwujudan Kwan Im yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im (
Avalokitesvara ) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara (
Bodhisattva Tangan Seribu ), dan lain-lain. Walaupun memiliki berbagai macam
rupa, pada umumnya Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang
keibuan, dengan wajah penuh keanggunan.
Kebijaksanaanya
dapat dilihat dalam Sutra Hati, dimana Beliau telah menembus Kebenaran
Tertinggi. Menurut Kitab Dharani Sutra, Bodhisattva Avalokitesvara sebenarnya
telah mencapai tingkat Kebuddhaan pada zaman lampau dalam banyak Kalpa. Ia
dikenal dengan julukan” Hyang Tathagatha Yang Dari BadanNya Keluar Cahaya Yang
Terang Benderang Dan Yang Telah Memegang Teguh Dharma yang Benar”. Karena welas
asihNya kepada mahluk menderita Beliau menjelmakan diriNya sebagai Bodhisattva
untuk membantu tugas Hyang Buddha Amitabha di Sukhawati untuk membantu
menyeberangkan mahluk-mahluk menderita memasuki Tanah Suci Buddha
Amitabha.
Kekuatan
Gaib Bodhisattva Avalokitesvara
Kekuatan
Gaib Bodhisattva Avalokitesvara sangat istimewa dibandingkan dengan Bodhisattva
lainnya. Buddha Sakyamuni menjelaskan kekuatan Gaib dari Bodhisattva
Avalokitesvara dalam Saddharma Pundarika
Sutra di Bab Avalokitesvara Bodhisattva Samantamukha Varga. Isi dari Bab
Avalokitesvara Bodhisattva Samantamukha Varga adalah sebagai
berikut:
Ketika
itu Bodhisattva Akshayamati bangkit dari tempat duduknya, dengan jubah sebelah
bahu kanannya terbuka serta merangkapkan kedua tangannya ke arah Sang Buddha
sambil berkata, "Oh, Lokanatha! Yang Maha Mulia! apakah gerangan sebabnya
Bodhisattva Avalokitesvara dinamakan Avalokitesvara?"
Sang
Buddha menjawab pertanyaan Bodhisattva Akshayamati,"wahai putra berbudi! jika
terdapat ratusan ribu koti makhluk yang menderita berbagai kegelisahan, apabila
mereka mendengar tentang Bodhisattva Avalokitesvara, dengan sepenuh hati memuji
namaNya, Bodhisattva Avalokitesvara akan segera memperhatikan suara mereka, lalu
membebaskan segala penderitaan yang mereka derita!
Jika
terdapat orang yang memuliakan nama Bodhisattva Avalokitesvara, sekalipun ia
terjatuh ke dalam api dahsyat berkobar, api itu tidak akan membakarnya, karena
pancaran mukjizat dari kebaikan Bodhisattva-Mahasattva itu.
Jika
terdapat orang yang hanyut terbawa air bah atau banjir dan menyebut nama
Bodhisattva Avalokitesvara, maka ia akan selamat mencapai tempat yang
dangkal.
Jika
terdapat ratusan ribu koti mahluk yang bertolak menyeberangi samudra untuk
mencari emas, perak, lazuli, musaragarbha, akik, coral, mutiara dan harta karun
lainnya. Seandainya perahu mereka dilanda badai ganas sehingga terdampar di
tempat raksasa, jika ada seorang saja di antara mereka memohon kepada
Bodhisattva Avalokitesvara, maka semua mahluk itu akan diselamatkan dan bebas
dari aniaya raksasa itu. Inilah sebabnya maka Bodhisattva Avalokitesvara
dinamakan Avalokitesvara!"
"Selanjutnya,
seandainya ada orang akan dibunuh oleh para penjahat, ketika ia terus menyebut
nama Bodhisattva Avalokitesvara, maka pedang dari penyerang itu akan patah
berkeping-keping dan ia pun akan selamat. Lebih dari itu, apabila para Yaksha,
para raksasa, dan sebagainya muncul di dalam tiga ribu alam besar atau
berjuta-juta dunia dengan maksud menggoda umat manusia, ketika mereka mendengar
nama Sang Avalokitesvara yang disebut oleh manusia, maka para iblis itu hendak
memandang dengan mata kejam pun tak berani, apalagi menggoda. Lebih-lebih lagi,
jika terdapat seorang dibelenggu dengan borgol, rantai, atau alat pengikat
lainnya, baik ia bersalah ataupun tidak, maka akan terbebas dari belenggu
tersebut setelah ia menyebut nama Sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan sepenuh
hati!
Seandainya
lagi, jika di dalam 3000 alam besar atau berjuta-juta dunia muncul penuh dengan
bandit, penyamun-penyamun yang bersenjata, kebetulan saat itu ada serombongan
pedagang dipimpin seorang kepala saudagar membawa banyak permata yang berharga,
melanjutkan perjalanannya di jalan yang berbahaya itu, maka gelisahlah mereka
semua karena mereka akan mengalami nasib yang begitu malang. Kemudian seorang
diantara mereka berkata, "Para pengikut yang baik, kamu tak usah takut,
sebutkanlah nama Sang Avalokitesvara! pasti akan dilindungi dan dikaruniai daya
Abhayanda yaitu daya Tanpa Ketakutan oleh Beliau, dan kalian akan selamat dari
bandit dan penyamun-penyamun yang bersenjata itu!" ketika mendengar hal itu
seluruh rombongan dengan suara selaras memohon kepada Sang Avalokitesvara, "Namo
Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva!" lalu semata-mata dengan mengucapkan nama
tersebut, rombongan pedagang itu terbebas dari semua
bahaya!
Wahai,
Akshayamati, demikianlah Vikurvana-bala
yakni daya gaib yang Maha Agung yang dipancarkan oleh Bodhisattva-Mahasattva
Avalokitesvara!"
"Kemudian,
putra berbudi, jika para umat diliputi dorongan nafsu birahi, bila mereka tekun
merenung serta selalu memuliakan nama Sang Bodhisattva Avalokitesvara, mereka
akan bebas dari nafsu birahinya. Jika didorong oleh kebencian, dan mereka tekun
merenung serta selalu memuliakan nama Bodhisattva Avalokitesvara, mereka akan
bebas dari kebencian. Jika didorong oleh kebodohan bathin, dan mereka tekun
merenung serta selalu memuliakan nama Bodhisattva Avalokitesvara, mereka akan
bebas dari kebodohan bathin. Wahai Akshayamati! betapa bermanfaatnya
Vikurvana-bala yaitu daya gaib Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara! Oleh
karenanya hendaklah para umat selalu merenung kepadaNya!"
"Kemudian,
putra berbudi, apabila seorang wanita menginginkan keturunan putra, dan ia
selalu memuja Bodhisattva Avalokitesvara, maka ia akan memperoleh seorang putra
yang memiliki kebajikan dan kebijakan, jika ia menginginkan keturunan putri,
maka ia akan melahirkan seorang putri yang berwatak baik dan akar-akar
kebajikannya telah bertunas pada masa yang lampau, yang selalu dicintai dan
disenangi oleh orang banyak. Demikianlah Akshayamati, kekuasaan Bodhisattva
Avalokitesvara. Apabila para umat tekun memuja dengan ikhlas dan jujur kepada
Bodhisattva Avalokitesvara, maka hasil dari kebaktian mereka tidak akan sia-sia! Oleh karena itu, para umat harus
menghayati dan memuliakan nama Sang Bodhisattva
Avalokitesvara!"
"Wahai
Akshayamati! Bayangkanlah seandainya ada seorang yang memuja nama Bodhisattva
yang banyaknya bagaikan butiran-butiran pasir dari 62 koti sungai gangga, yang
sepanjang hidupnya menyerahkan makanan, minuman, jubah, perabot-perabot, tempat
tidur, dan obat-obatan, betapa besar dalam pikiranmu timbunan amal jasa yang
dihasilkan oleh putra maupun putri yang baik tersebut?"
Bodhisattva
Akshayamati menjawab,"Sangat banyak, Oh Lokanatha Yang Maha
Mulia!"
Sang
Buddha melanjutkan lagi,"Tetapi, jika ada seorang selalu memuja nama Bodhisattva
Avalokitesvara, meskipun hanya sekejap, maka timbunan amal jasa yang dihasilkan
oleh kedua orang itu adalah sebanding! Dan besar amal jasa keduanya tidak mudah
habis sekalipun dalam ratusan ribu koti kalpa. Wahai Akshayamati! Demikianlah
tingkat karunia yang tak terhingga dan tak terbatas itu, yang akan didapatkan
oleh umat yang senantiasa memuliakan nama Bodhisattva Mahasattva
Avalokitesvara!"
Tatkala
itu Bodhisattva Akshayamati bertanya pula pada Sang Buddha,"Oh, : Lokanatha Yang
Maha Mulia! Bagaimanakah Bodhisattva Avalokitesvara berkelana di dalam alam Saha
ini? dan apakah tingkat kecakapan yang dimilikiNya?"
Sang
Buddha menjawab pertanyaan Bodhisattva Akshayamati,"Putra berbudi! jika para
umat suci yang berada di sesuatu alam dan ia harus diselamatkan dengan tubuh
seorang Buddha, maka Bodhisattva Avalokitesvara akan muncul ke alam itu
mengkhotbahkan Dharma kepada para umat suci itu dengan wujud seorang Buddha.
Bila kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Pratyeka-Buddha,
maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wuhud seorang
Pratyeka-Buddha.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Sravaka, maka Beliau
mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Sravaka.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Brahma, maka Beliau
mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Brahma.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Sakra, maka Beliau
mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Sakra.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Isvara, maka Beliau
mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Isvara.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Mahesvara, maka Beliau
mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Mahesvara.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Jendral Besar Dewata, maka
Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Jendral Besar
Dewata.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Vaisravana, maka Beliau
mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Vaisravana.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Raja Kecil, maka Beliau
mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Raja
Kecil.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Grhapati, maka Beliau
mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang
Grhapati.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Kulapati, maka Beliau
mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang
Kulapati.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Menteri Negara, maka Beliau
mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Menteri
Negara.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Brahmana, maka Beliau
mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang
Brahmana.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Bhiksu, Bhiksuni, Upasaja,
dan Upasika, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang
Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, dan Upasika.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang istri dari seorang Grhapati,
Kulapati, seorang istri dari Menteri Negara ataupun seorang Brahmana, maka
Beliau muncul sebagai seorang wanita mengkhotbahkan Dharma kepada
mereka.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dalam bentuk seorang Jejaka ataupun seorang
Perawan, maka Beliau muncul sebagai seorang Jejaka ataupun seorang Perawan
mengkhotbahkan Dharma kepada mereka.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dalam bentuk seorang Deva, Naga, Yaksha,
Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia, dan makhluk bukan manusia,
maka Beliau muncul dalam wujud dari setiap bentuk itu dan mengkhotbahkan Dharma
kepada mereka.
Kepada
mereka yang harus diselamatkan dalam bentuk seorang Vajrapani, maka Beliau
muncul dalam wujud seorang Vajrapani dan mengkhotbahkan Dharma kepada
mereka."
"Wahai
Akshayamati! Demikian megah dan agungnya kepahalaan yang dihasilkan oleh Sang
Bodhisattva Avalokitesvara! dan demi para umat yang menderita, Beliau tak
segan-segan dalam berbagai bentuk muncul di alam semesta menyelamatkan mereka!
Oleh karena itu, muliakanlah Bodhisattva-Mahasattva Avalokitesvara ini dengan
sepenuh hatimu!
Bodhisattva
Mahasattva Avalokitesvara ini mampu membuat para umat yang berada di dalam
kecemasan dan ketakutan menjadi berani, maka dengan alasan ini, dalam dunia Saha
ini para mahkluk menamakannya Abhayanda yakni Penganugerah
Keberanian!"
Pada
saat itu Bodhisattva Akshayamati berkata kepada Sang Buddha,"Oh, Lokanatha Yang
Maha Mulia! Baiklah sekarang aku membuat persembahan kepada Sang Bodhisattva
Avalokitesvara."
Kemudian
Ia menanggalkan sebuah kalung mutiara yang bernilai ratusan ribu tail emas dari
lehernya dan mempersembahkan seraya berkata,"Paduka yang berbudi! Terimalah
persembahan Dana Suci dari kalung mutiara ini!" Tetapi Bodhisattva
Avalokitesvara tidak menerimannya. maka Bodhisattva Akshayamati berkata lagi
kepada Bodhisattva Avalokitesvara,"kasihanilah kami, oh paduka yang berbudi!
Terimalah kalung mutiara ini!"
Pada
waktu ini, Sang Buddha bersabda kepada Bodhisattva Avalokitesvara, "dengan
mengasihani Bodhisattva Akshayamati dan keempat kelompok ini, serta para Deva,
Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia, makhluk
bukan manusia, dan sebagainya terimalah kalung itu!"
Segeralah
Bodhisattva Avalokitesvara menerima persembahan itu, lalu ia membagi dua, yang
pertama dipersembahkan kepada Sang Buddha Sakyamuni Yang Maha Mulia dan yang
kedua kepada Stupa Permata dari Buddha Prabhuta-Ratna yang telah
sempurna.
"Sekianlah,
wahai Akshayamati!”, Sang Buddha mengakhiri kisahNya, "Dengan Vikurvana-bala
(Daya gaib) yang begini luhur maka Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara selalu
mengelilingi dunia Saha ini!"
Kemudian
Bodhisattva Akshayamati bertanya lagi dengan syair-syair sebagai berikut
:
Oh
Lokanatha Yang Maha Mulia, dengan tanda-tanda gaib demikian sempurna, biarlah
sekarang kembali aku bertanya tentang Dia, apakah gerangan sebabnya putra Buddha
ini dinamakan Avalokitesvara?
Tatkala
itu, Sang Buddha yang memiliki tanda-tanda gaib sempurna, menjawab Bodhisattva
Akshayamati dengan syair-syairnya. Dengarkanlah kepahalaan yang dihasilkan Sang
Avalokitesvara! Pelbagai alam semesta terpengaruh oleh budi kebaikan
Nya.
PrasetyaNya
yang demikian agung bagaikan samudra, telah lewatlah berkalpa-kalpa, lamanya tak
terkira, Ia pernah memuliakan ribuan koti para Buddha. dengan cita-citanya yang
maha suci ia menyelamatkan umatnya.
Baiklah
aku mengisahkan kepadamu secara singkat dan kini anda bukan saja mendengar nama
malahan sudah melihat diriNya. Bertekadlah untuk merenungkan Dia tanpa henti.
Anda akan dapat melenyapkan segala dukha dari dunia Saha!
Seumpama
seseorang timbul pikiran yang jahat, hendak mendorongnya jatuh ke dalam lubang
api yang berkobar-kobar, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara,
segeralah lautan api itu berubah menjadi kubangan air.
Atau
sewaktu berlayar di tengah samudra yang bergelora, naga, ikan buas serta setan
datang membuat kesukaran, asalkan ia mengingat akan Sang Avalokitesvara dan daya
kekuatanNya, ombak yang dahsyat takkan dapat
menenggelamkan.
Atau
sewaktu berada di puncak Gunung Semeru yang tinggi dan curam, telah didorong
jatuh oleh seseorang, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara,
seakan-akan Sang Surya di angkasa akan menahannya.
Atau
seandainya dikejar-kejar oleh orang yang jahat, terpelanting ke bawah dari
Gunung Permata, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, seujung
rambutpun takkan mengalami cidera.
Atau
sewaktu dikepung oleh para penyamun, masing-masing dengan pedang terhunus
menyerangnya, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, akan
terpengaruhlah mereka dan berbalik timbul kasih sayang.
Atau
bila menghadapi malapetaka hukuman dari sang Raja, hukuman mati menimpanya,
asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, Pedang sang algojo akan
patah berkeping-keping.
Atau
bila ditahan dalam penjara, tangan dan kaki dibelenggu borgol atau alat-alat
lainnya, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, maka ia
terbebas dengan selamat.
Tenungan,
kutukan, maupun segala macam racun, yang bertujuan hendak mencelakakannya,
asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, akan berbalik mengenai
diri si pembuat.
Atau
bertemu dengan raksasa jahat pemakan manusia, naga berbisa, pelbagai setan, dan
lain-lainnya, asalkan ia mengingat kekuatan sang Avalokitesvara, maka mereka
takkan berani melukainya.
Jikalau
dikepung oleh binatang-binatang buas, dengan taring dan kukunya yang mengerikan,
asalkan ia mengingat kekuatan Sang Avalokitesvara, maka larilah mereka tunggang
langgang tak berbekas.
Kadal,
ular berbisa, ular tanah dan kalajengking berbisa, hawa bisanya laksana asap
bergumpal-gumpal, sebutkanlah nama sang Avalokitesvara, mendengar suara itu
mereka akan mundur seketika.
Awan
gelap disertai suara halilintar yang dahsyat, hujan lebat disertai gumpalan es
batu mengalir deras, sebutkanlah nama sang Avalokitesvara, maka akan redalah
bencana tersebut.
Para
mahluk dirudung sengsara, derita tiada tara menekan dirinya, tetapi dengan
kebijaksanaan sempurna Sang Avalokitesvara, dapatlah menolong segala penderitaan
dari alam semesta.
Sungguh,
Ia telah sempurna dengan Vikurvana-balaNya, yang memiliki kebijaksanaan luhur
yang tak terhingga, disepuluh penjuru dari tanah kehidupan, tiada satu tempat
pun ia tidak menampakkan diriNya.
Adanya
beberapa jenis alam rendah, termasuk alam iblis, alam binatang dan alam neraka,
kemudian dukkha akan kelahiran, usia tua, penyakit-penyakit dan kematian
berangsur-angsur dapat diakhiri olehNya.
Ia
memiliki pandangan benar, pandangan suci nan sempurna, demikian pula
KebijaksanaanNya tak terhingga, ia penuh cinta kasih tanpa pamrih serta Maha
Welas Asih, sepatutnyalah menyembah kepadaNya dengan jujur dan
ikhlas.
Ia
memiliki sinar hidup tanpa noda, bagaikan matahari dapat melenyapkan segala
gelap gulita, dapat memusnahkan bencana api atau badai ganas. SinarNya
senantiasa memancar ke seluruh dunia.
Perasaan
Welas Asih dapat mencegah guntur menggelegar, kasih sayang dapat menjernihkan
awan gelap, hujan Dhama dicurahkan bagaikan siraman embun, agar dapat memadamkan
nyalanya api penderitaan.
Di
dalam perdebatan di muka pengadilan, atau ketakutan didalam pertempuran, asalkan
ia mengingat kekuatan Sang Avalokitesvara, musuh-musuhnya dapat diatasi
semuanya.
Oh,
betapa indah suara Sang Avalokitesvara! Suara Brahma, suara deburan pasang dari
samudra! Melampaui segala suara dari alam semesta, itulah sebabnya, ingatlah
dengan sepenuh hati untuk selama-lamanya!
Janganlah
ada keraguan di dalam hati, Sang Avalokitesvara Maha Suci dan Sempurna! Terhadap
penderitaan, kebingungan, kematian dan kesusahan lain, dapatlah Beliau dijadikan
sandaran.
Demikianlah
kepahalaan yang sempurna yang dihasilkan sang Avalokitesvara! dengan mata penuh
kasih sayang Ia selalu mengamati para umat yang akan diselamatkannya. Wahai
Akshayamati! Betapa besar timbunan amal jasaNya tidaklah berbeda dengan samudra!
Oleh karena itu, maka muliakanlah dengan sepenuh hati!
Setelah
itu Sang Bodhisattva Dharanidhara bangkit dari tempat duduknya pergi menghadap
Sang Buddha sambil berkata,"Oh Lokanatha Yang Maha Mulia! Tidaklah kecil akar
kebaikan yang dimiliki seseorang, bila ia dapat mendengar Varga tentang hasil
kerja sedemikian sempurna dan mengerti kekuatan mujikzat Penjelmaan dari
Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara itu!"
Pada
saat uraian Samanta-Mukha Varga atau Bab dari Yang Maha Sempurna ini dibabarkan
oleh sang Buddha Sakyamuni, 84000 mahkluk dari pesamuan itu merasakan dorongan
tekad mencapai Anuttara Samyak Sambodhi yakni Penerangan Agung yang sempurna,
dengan itu tiada suatu pun lagi yang mampu menandinginya.
Inilah
kekuatan Gaib Bodhisattva Avalokitesvara yang dapat menjelmakan dirinya dalam
berbagai wujud untuk menolong mahluk yang membutuhkan pertolongan yang percaya
kepadaNya. Bodhisattva Avalokitesvara memiliki jelmaan yang tanpa batas karena
dapat hadir disemua alam yang berada disepuluh penjuru alam semesta. Bahkan
menyebut namaNya waktu mengalami kesusahan dengan keyakinan maka orang itu pun
akan mendapat pertolongan dari Kekuatan Gaib Bodhisattva Avalokitesvara. Kita
patut memuji welas asih Bodhisattva Avalokitesvara yang begitu sempurna.
Bodhisattva Avalokitesvara sendiri telah berhasil mencapai kesempurnaan dengan
memperaktekkan Meditasi Suara Batin. Timbul pertanyaan didalam benak kita,
Apakah seseorang yang berhasil memperaktekkan Metode Pendengaran Bodhisattva
Avalokitesvara mampu memiliki paling tidak sedikit dari kekuatan gaib yang sama
dengan Bodhisattva Avalokitesvara? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab jika kita
telah memperaktekkan Metode Suara Batin dengan berhasil. Dan pertanyaan ini juga
bisa dijawab oleh siswa-siswa dari seorang Guru Transmisi Suara Batin. Banyak
pengalaman rohani yang telah dialami mereka menjadi siswa seorang Guru Transmisi
Suara Batin. Mungkin kita bisa bertanya kepada siswa-siswaNya. Apakah Gurumu
bisa menjelmakan diri untuk menjaga siswa-siswanya didalam meditasi? Apakah
dengan menyebut nama Gurumu bisa mengalami keselamatan dari ancaman bahaya?
Apakah metode yang diajarkannya sama seperti Bodhisattva Avalokitesvara? Kita
bisa bertanya kepada beberapa murid yang telah lama mengikuti Guru Transmisi
Suara Batin. Tentu saja jika kita benar-benar ingin membuktikannya sendiri
berapa besar Kekuatan Guru Transmisi Suara Batin maka kita harus datang, melihat
dan membuktikan kebenaran itu sendiri ( Ehipassiko ). Para Bodhisattva bisa saja
datang kedunia tanpa kita ketahui karena kadang-kadang fisik mereka yang menipu
mata manusia. Kekuatan para Guru tercerahkan ini tidak dipertontonkan kepada
umum. Seyogianya kita sebagai manusia yang memiliki kesadaran untuk mulai
membina diri dengan menjalankan sila dan meditasi dan berdoa kepada para Buddha
Bodhisattva yang Maha Welas Asih agar menunjukkan seorang Guru yang membawanya
mencapai pencerahan.
Meditasi
Yang Dipuji Semua Buddha
Metode
Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara hanya dibahas dalam Suranggama
Sutra. Suranggama Sutra merupakan raja dari semua Sutra. Didalam Sutra ini
dibahas kembali ajaran-ajaran Buddha dan semua metode meditasi dan pengalaman
para Arahat dan Bodhisattva sewaktu mencapai penerangan. Metode Pendengaran
Bodhisattva Avalokitesvara dipuji oleh semua Buddha di tiga zaman, baik masa
lalu, sekarang dan akan datang. Yang lebih istimewa dikatakan dalam Suranggama
Sutra bahwa semua Buddha yang banyaknya bagaikan sungai gangga mencapai
Kebuddhaan melalui Metode Meditasi Pendengaran Avalokitesvara. Hal ini tentu
membuat pertanyaan besar bagi kita dan membuat kita penasaran untuk
memperaktekan metode ini. Semua metode meditasi memiliki kelemahan dan
kelebihan. Semua kelemahan dan kelebihan dibahas didalam Sutra ini. Ajaran
Buddha tidak terlepas dari meditasi, karena meditasi merupakan salah satu pokok
ajaran Buddha terpenting.
Sutra
Suranggama, Bab IV, Meditasi yang Dipujikan Para Buddha
Pada
saat itu, Sang Buddha berkata kepada para Bodhisattva Agung dan Arahat Utama
didalam suatu persamuan:
“Sekarang
Aku ingin bertanya kepada kalian, para Bodhisattva dan Arahat yang terlahir dari
Dharma-Ku dan telah mencapai tahap diluar belajar. Sewaktu kalian mengembangkan
pikiran untuk mencapai pencerahan terhadap kedelapanbelas unsur sensasi (dhatu),
cara yang manakah menurut kalian merupakan yang terbaik untuk mencapai
kesempurnaan dan dengan cara apakah kalian dapat memasuki
samadhi?”
A.
Meditasi
Pada Ke-Enam Unsur Sensasi
1.
Meditasi
Pada Suara (Ucapan)
Kaundinya
satu dari Lima Bhikshu Pertama bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki
Sang Buddha dan berkata:
“Sewaktu
berada di Taman Rusa dan Kebun Merak, kami bertemu Sang Tathagatha segera
sesudah pencapaian Pencerahan SempurnaNya. Sesudah mendengar suara (ucapan) Sang
Buddha, aku mengerti ajaranNya dan menyadari ke-empat Kesunyataan Mulia.
Kemudian sewaktu kami para bhikshu ditanyai oleh Sang Buddha, akulah yang
pertama mengartikannya dengan benar dan Beliau menyatakan pencapaianku pada
tingkat Arahat dengan memberiku nama Ajnata (Pengetahuan Menyeluruh). Disebabkan
suaraNya yang luar biasa bagus, misterius, dan mencakup segala-galanya, aku
menjadi seorang Arahat. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk
mencapai kesempurnaan, suara (ucapan) adalah yang terbaik menurut pengalaman
pribadiku.”
2.
Meditasi
Pada Bentuk
Upanisad
kemudian bangkit dari tempat duduk dan bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Aku
juga bertemu dengan Sang Buddha segera sesudah Pencerahan SempurnaNya. Aku
belajar merenungkan (bermeditasi) pada hakekat ketidaksucian jasmani, sampai aku
menjadi jijik dan menyadari bahwa sifat hakiki dari semua wujud adalah tidak
bersih. Bahkan tulang belulang juga akan hancur menjadi debu halus dan akhirnya
semua kembali kepada kekosongan. Demikianlah setelah baik wujud maupun
kekosongan tercerap sebagai suatu hal yang tidak nyata, aku mencapai keadaan di
luar belajar. Sang Tathagatha mengesahkan pengetahuanku dan memberi aku nama
Upanisad. Sesudah menghilangkan wujud relatif, wujud hakiki yang indah
termanifestasikan dalam segala sesuatu secara misterius. Demikianlah aku
mencapai tingkat Arahat dengan bermeditasi pada wujud. Karena Beliau sekarang
menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, wujud adalah yang terbaik
menurut pengalaman pribadiku.”
3.
Meditasi
Pada Bau
Seorang
pemuda (kumara) bernama ‘Diliputi Wewangian’ kemudian bangkit dari tempat
duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata:
“Sesudah
Sang Tathagatha mengajariku untuk menyelidiki semua fenomena duniawi, aku
meninggalkan tempatNya dan mencari tempat yang sunyi untuk memusatkan pikiranku.
Sewaktu merenungkan aturan kehidupan suci, aku melihat para bhikshu membakar
dupa wangi. Didalam keheningan itu, bau wanginya memasuki lubang hidungku. Aku
menyelidiki bau ini yang bukan berasal dari kayu wangi maupun udara, dan bukan
berasal dari asap maupun api. Tidak ada tempat darimana ia berasal maupun tempat
di mana ia menuju; dari merenungkan itu pikiran pembedaku (mana) berhenti
bekerja dan menghilang seketika, aku mencapai keadaan di luar arus tumimbal
lahir. Sang Tathagatha menyatakan pencerahanku di tingkat Arahat dan memberi aku
nama ‘Diliputi Wewangian’. Sesudah menghilangkan bau (relatif, yang tidak
murni/nyata) secara mendadak, bau hakiki menjadi termanifestasikan dalam
segala-galanya secara gaib. Demikianlah aku mencapai tingkat Arahat melalui bau.
Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan,
bau adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.”
4.
Meditasi
Pada Rasa
Kedua
Pangeran Dharma Bhaisajya-raja dan Bhaisajya-samudgata yang hadir dalam
persamuan bersama 500 dewa Brahma bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki
Sang Buddha dan berkata:
“Semenjak
kalpa yang tak terhitung di masa lampau sampai sekarang, kami telah menjadi ahli
pengobatan yang baik dan trampil di dunia ini. Kami telah mencicipi melalui
mulut kami berbagai akar obat, tanaman serta berbagai jenis mineral dan
batu-batuan yang diketemukan didalam dunia ini, yang kesemuanya berjumlah
108.000; dari itu kami tahu dengan baik rasanya, apakah pahit, asam, asin,
hambar, manis, atau pedas dan sebagainya, unsur asli maupun senyawanya apakah
mendinginkan, memanaskan, beracun atau bermanfaat. Sewaktu melayani Sang
Tathagatha, kami menerima petunjuk dan mengetahui dengan jelas bahwa rasa itu
tidaklah nyata maupun tak-nyata, tidak pada tubuh maupun pikiran, dan tidak
berada terpisah daripada itu. Karena dapat membedakan penyebab rasa, kami
mencapai penerangan dan hal ini dinyatakan oleh Sang Buddha yang kemudian
memberi kami nama Bhaisajya-raja dan Bhaisajya-samudgata. Kami sekarang
menempati posisi Pangeran Dharma didalam persamuan ini dan karena pencapaian
pencerahan kami melalui rasa, kami telah mencapai tahapan Bodhisattva. Karena
Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, rasa
adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadi kami.”
5.
Meditasi
Pada Sentuhan
‘Bhadrapala’
bersama ke-16 orang pengikutnya yang semuanya adalah Bodhisattva Agung bangkit
dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Sewaktu
Buddha ‘Dengan Suara Menakjubkan’ (Bhisma-garjita-ghosa-svara-raja) muncul di
dunia, aku mendengar tentang Dharma dan meninggalkan kehidupan rumah tangga.
Pada suatu hari, di kala tiba saatnya bagi anggota Sangha untuk membersihkan
badan, aku mengikuti kebiasaan dan memasuki kamar mandi. Sekonyong-konyong aku
menyadari bahwa air itu tidaklah membersihkan kotoran maupun tubuh. Dari itu aku
merasa ketenangan yang luar biasa dan mencapai keadaan kekosongan/sunya. Sampai
sekarang aku belum melupakan pengalamanku dimana aku meninggalkan kehidupan
rumah tangga untuk belajar pada Buddha dan mencapai tingkat Arahat. Buddha itu
memberi aku nama Bhadrapala karena pencerahanku terhadap sentuhan hakiki dan
pencapaian posisi sebagai Putra Buddha (sebutan lain bagi Bodhisattva
Mahasattva). Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai
kesempurnaan, sentuhan adalah yang terbaik menurut pengalaman
pribadiku.”
6.
Meditasi
Pada Hal/Benda (Dharma)
‘Mahakasyapa’
yang hadir bersama bhiksuni ‘Cahaya Keemasan’ dan kelompoknya yang lain bangkit
dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Pada
suatu kalpa yang lalu, sewaktu Buddha ‘Candra-Surya-Pradipa’ muncul di dunia
ini, aku mendapat kesempatan kemudian kupraktekkan. Sesudah Beliau Parinirvana,
aku memuja sharira-Nya (relik, sisa tulang/abu peninggalan orang suci),
menyalakan pelita untuk mengabadikan Cahaya-Nya dan bhiksuni ‘Cahaya Keemasan’
menaburkan bubuk emas murni pada rupangNya. Semenjak itu, didalam setiap
tumimbal-lahir berikutnya aku selalu terlahir dengan tubuh yang sempurna dan
memancarkan cahaya keemasan yang indah. Bhiksuni ‘Cahaya Keemasan’ ini dan
mereka yang berada bersamanya, selalu menjadi pengikutku karena kami
mengembangkan pikiran yang sama pada waktu itu. Aku merenungkan ke-6 obyek
sensasi/indra yang selalu berubah dan musnah, yang hanya bisa dihilangkan
kedalam pemadaman sempurna melalui keadaan Nirvana. Demikianlah dari itu, tubuh
dan pikiranku bisa melewati ratusan dan ribuan kalpa didalam sekejap mata.
Dengan menghilangkan semua hal/benda duniawi (dharma), aku mencapai tingkat
Arahat dan Yang Dijunjungi mengumumkan bahwa aku adalah pemegang disiplin yang
terutama (dhuta). Aku mencapai pencerahan melalui dharma hakiki dan dengan
demikian mengakhiri arus tumimbal-alhir. Karena Beliau sekarang menanyakan cara
terbaik untuk mencapai kesempurnaa, hal/benda duniawi (dharma) adalah yang
terbaik menurut pengalaman pribadiku.”
B.
Meditasi
pada Ke-5 Organ Indera
7.
Meditasi
Pada Organ Penglihatan
‘Anuruddha’
bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Sewaktu
baru meninggalkan kehidupan rumah tangga, aku sangat suka tidur setiap waktu dan
Sang Tathagatha menegur aku dengan mengatakan aku bagaikan seekor binatang.
Sesudah mendapat teguran yang keras ini, aku menangis sedih dan menyalahkan
diriku sendiri. Disebabkan oleh kesedihanku, aku tidak tidur selama tujuh malam
berturut-turut dan menjadi buta. Kemudian Yang Dijunjungi mengajari aku untuk
menikmati Samadhi Penerangan Vajra yang memungkinkan aku mencerap, tidak melalui
mata (tetapi melalui pikiran/pencerapan rasa/Samja), sehingga kebenaran murni
yang mencakup sepuluh penjuru terlihat dengan jelas, semudah melihat buah mangga
yang digenggam dalam tanganku sendiri. Sang Tathagatha menyatakan pencapaian
tingkat Arahatku. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai
Pencerahan Sempurna, menurut pengalaman pribadiku, penglihatan adalah yang
terbaik karena organ penglihatan dapat dibalikkan kembali ke
sumbernya.”
8.
Meditasi
Pada Organ Penciuman
Ksudrapanthaka
bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Pengetahuanku
tentang Dharma tidaklah banyak, karena kurang membaca dan menghafalkan (Sutra).
Sewaktu aku pertama kali berjumpa dengan Sang Buddha, aku mendengar tentang
Dharma dan meninggalkan kehidupan rumah tangga. Aku mencoba menghafalkan satu
baris gatha tetapi sesudah mencobanya selama 100 hari masih tidak dapat
berhasil, karena begitu aku dapat mengingat kata yang pertama lalu aku melupakan
kata yang terakhir, begitu aku dapat mengingat kata yang terakhir lalu aku
melupakan kata yang pertama. Sang Buddha mengasihani kebodohanku dan mengajariku
untuk mencari tempat menyepi guna mengatur pernafasanku. Pada saat itu, aku
memperhatikan dengan seksama setiap tarikan dan hembusan nafas, dan menyadari
bahwa timbul, menetap, berubah, dan berhentinya hanya memakan waktu sekejap
(ksana: ukuran tersingkat dari waktu). Dari itu pikiranku menjadi jernih dan
tak-terintangi sampai aku melampaui arus tumimbal lahir dan akhirnya mencapai
ke-Arahat-an. Aku mencari Sang Buddha yang kemudian menyatakan pencapaianku atas
keadaan tiada belajar. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk
mencapai kesempurnaan, pernafasan adalah yang terbaik menurut pengalaman
pribadiku didalam membalikkan kembali pernafasan kedalam kondisi
kekosongan.”
9.
Meditasi
Pada Organ Perasa
Gavampati
kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Karena
(melakukan karma buruk) pernah bertengkar dan menghina bhikshu didalam kalpa
yang lalu, dalam setiap tumimbal lahir aku dilahirkan dengan mulut mengunyah
seperti sapi. Sang Tathagatha mengajari aku doktrin ‘Pikiran Tunggal’ yang murni
dan bersih, yang memungkinkan aku menghilangkan konsepsi pikiran guna memasuki
keadaan Samadhi. Aku merenungkan rasa, menyadari bahwa itu bukanlah suatu bahan
(subyektif) maupun benda/hal (obyektif) dan melampaui arus tumimbal lahir.
Dengan demikian dari dalam aku terbebas dari tubuh dan pikiran, dan diluar aku
meninggalkan dunia ini, serta terbebas dari ketiga dunia kelahiran (Tri-loka).
Aku bagaikan burung yang terlepas dari sangkar, dan dengan demikian terhindar
dari pencemaran dan kekotoran. Dengan mata Dharma-ku yang murni dan bersih aku
mencapai tingkat Arahat dan Sang Tathagatha sendiri yang menyatakan pencapaianku
atas tahap tiada belajar. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk
mencapai kesempurnaan, memutar-balikkan rasa kepada pencerapnya adalah yang
terbaik menurut pengalaman pribadiku.”
10.
Meditasi Pada Tubuh
Pilindavatsa
kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Sewaktu
aku pertama kali mengikuti Sang Buddha untuk memasuki kehidupan suci, aku sering
mendengar Beliau mengajarkan bahwa hal-hal duniawi tidak dapat memberikan
kebahagiaan. Suatu hari aku pergi ke kota untuk pindapatta makanan, dan selagi
aku merenungkan ajaranNya, secara tidak sengaja aku menginjak duri beracun yang
menyebabkan seluruh tubuhku menderita kesakitan. Aku memikirkan tubuhku yang
mengetahui dan merasakan kesakitan ini. Sekalipun ada perasaan ini, aku
menyelidiki pikiranku yang murni dan bersih di mana tidak ada rasa sakit yang
dapat mempengaruhinya. Aku juga merenung, ‘Bagaimana mungkin tubuhku ini
memiliki dua jenis perasaan?’ Dan sesudah merenungkan demikian untuk suatu saat,
mendadak, tubuh dan pikiranku kelihatan seperti tidak nyata (tiada berada).
Sesudah 21 hari semua ‘aliran kebocoran’ ku berhenti, aku melampaui arus
tumimbal lahir dan dengan demikian mencapai tingkat Arahat. Sang Buddha sendiri
menyatakan pencapaianku atas tahap tiada belajar. Karena sekarang Beliau
menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, kesadaran murni yang
menghapuskan (konsepsi atas) tubuh adalah yang terbaik menurut pengalaman
pribadiku.”
11.
Meditasi Pada Intelek
(Mana)
Subhuti
kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Oleh
karena pikiranku telah terbebas dari semua rintangan didalam kalpa sebelumnya,
aku dapat mengingat kehidupanku sebelumnya sebanyak butir pasir di sungai
Gangga. Bahkan sewaktu aku masih menjadi jabang bayi didalam kandungan ibuku,
aku telah menyadari kehampaan dan keheningan yang menjangkau ke-10 penjuru dan
yang memungkinkan aku mengajar mahluk hidup bagaimana menyadari sifat absolutnya
(kekosongan/sunyata). Sesudah menerima pengungkapan dari Sang Tathagatha bahwa
sifat pencerahan adalah kekosongan sejati, bahwa sifat dari kekosongan adalah
sempurna dan terang, aku mencapai tingkat Arahat. Dari situ sekonyong-konyong
aku memasuki Cahaya (kekosongan) Mulia Tathagatha yang luasnya bagaikan lautan
dan jagat raya, di mana aku mencapai (sebagian) pengetahuan dan pandangan (yang
sama dengan) Buddha. Sang Buddha mengesahkan pencerahanku atas tahap di luar
belajar. Oleh sebab itu aku dianggap sebagai murid yang utama karena
pengertianku atas sifat hakiki yang tidak mengandung material (kekosongan).
Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan,
menurut pengalamanku, yang terbaik adalah didalam mencerap ketidaknyataan semua
fenomena, dan bahkan akhirnya menghilangkan/tidak terikat pada (konsep)
ketidaknyataan ini, untuk mengembalikan semua benda/hal kedalam
kekosongan.”
C.
Meditasi
pada Ke-6 Kesadaran
12.
Meditasi Pada Organ
Penglihatan
Sariputra
kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Semenjak
berkalpa-kalpa yang lalu, persepsi penglihatan dari pikiranku sudah murni dan
bersih, dengan demikian didalam setiap tumimbal lahir yang banyaknya tak
terhitung bagaikan butir pasir Gangga, aku dapat melihat segala hal/benda tanpa
rintangan baik di tingkat duniawi maupun di luar duniawi (transendental). Suatu
hari, aku bertemu di jalan dengan kedua Kasyapa bersaudara yang sedang
membabarkan doktrin Hukum Karma. Sesudah mendengarkan ajaran mereka, pikiranku
menyadari kebenaran dan dengan demikian menjadi sangat luar dan tiada terbatas.
Kemudian aku meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mengikuti Sang Buddha,
mencapai persepsi penglihatan yang terang dan sempurna, dari itu memperoleh
ketidak-gentaran (abhaya) dan mencapai tingkat Arahat. Sebagai seorang siswa
utama Sang Buddha aku dapat dikatakan sebagai terlahir di mulut Buddha dan
melalui transformasi Dharma. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik
untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman pribadiku yang terbaik adalah
merealisasikan pengetahuan yang paling terang melalui persepsi penglihatan yang
cerah dari pikiranku.”
13.
Meditasi Pada Persepsi
Pendengaran
‘Bodhisattva
Samantabhadra’ dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan
berkata:
“Aku
telah menjadi Pangeran Dharma di masa sebelumnya sewaktu bersama para Tathagata
yang banyaknya bagaikan butir pasir di sungai Gangga. Semua Buddha dari 10
penjuru yang mengajar muridnya untuk menanam akar Bodhisattva selalu mendorong
mereka mempraktekkan perbuatan Samantabhadra - yang dinamakan menurut namaku.
Yang Dijunjungi, aku selalu menggunakan pikiranku untuk mendengar dan membedakan
berbagai pandangan dan pengetahuan yang dimiliki mahluk hidup. Jika di suatu
tempat, yang terpisah dari sini oleh dunia tak terhitung yang banyaknya bagaikan
butir pasir di sungai Gangga, satu mahluk hidup mengetahui dan mempraktekkan
perbuatan Samantabhadra, aku segera menaiki gajah bertaring enam dan
memperbanyak diriku dalam ratusan dan ribuan tubuh jelmaan untuk membantunya.
Bahkan, sekalipun disebabkan rintangan karmanya yang berat ia tidak mampu
melihatku, secara diam-diam aku meletakkan tanganku di kepalanya untuk
melindungi, membantu, dan menghiburnya sehingga dia bisa berhasil. Karena Sang
Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut
pengalaman pribadiku, yang terbaik adalah mendengar dengan pikiran, yang
membimbing ke arah pengetahuan tiada perbedaan.”
14.
Meditasi Pada Persepsi
Penciuman
‘Sundarananda’
kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata:
“Sewaktu aku baru meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mengikuti Sang
Buddha, sekalipun sudah di abhiseka aku selalu gagal memasuki keadaan Samadhi
karena pikiranku tidak tenang. Oleh sebab itu aku tidak berhasil melewati arus
tumimbal lahir. Yang Dijunjungi kemudian mengajari aku dan Kausthila untuk
menetapkan pikiran pada ujung hidung. Aku mulai menjalankan meditasi ini dengan
sungguh-sungguh dan kira-kira tiga minggu kemudian, aku melihat bahwa nafas yang
keluar dan masuk dari lubang hidungku kelihatan seperti asap. Dari dalam tubuh
dan pikiranku menjadi terang dan aku melihat dunia luar dengan jelas sampai
segalanya menjadi kekosongan murni bagaikan kristal. Asap itu menghilang
perlahan-lahan dan nafasku menjadi putih. Pikiranku menjadi terbuka dan aku
mencapai keadaan diluar arus tumimbal lahir. Setiap tarikan dan hembusan nafasku
berubah menjadi cahaya yang menerangi sepuluh ribu penjuru alam dan aku mencapai
tingkatan Arahat. Yang Dijunjungi meramalkan bahwa aku akan mencapai pencerahan
(Bodhi) di kemudian hari. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk
mencapai kesempurnaan, yang terbaik menghilangkan nafas sampai menjadi cahaya
yang akan menghentikan arus ‘kebocoran’ dan memungkinkan pencapaian tahap
kesempurnaan di luar arus tumimbal lahir.”
15.
Meditasi Pada Persepsi
Lidah
‘Purnamaitrayaniputra’
bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata:
“Semenjak berkalpa-kalpa yang lalu, aku telah memiliki kemampuan berbicara yang
tak terintangi. Jika aku membabarkan doktrin kesengsaraan (samsara) dan
kekosongan (sunyata), aku menembus kedalam realitas absolut. Di hadapan berbagai
persamuan Dharma aku (juga) membabarkan pintu pencarahan Tathagatha yang tak
terhitung banyaknya bagaikan butir pasir di sungai Gangga, dan dari itu
memenangkan ketidak-gentaran (abhaya). Yang Dijunjungi mengetahui bahwa aku
telah memperoleh kemampuan berbicara yang besar dan mengajari aku cara melakukan
tugas ke-Buddha-an melalui berkhotbah. Oleh sebab itu, di hadapanNya, aku
membantuNya dalam memutar roda Dharma dan karena aku dapat mengeluarkan raungan
singa, aku mencapai tingkat Arahat. Beliau mengesahkan kemampuanku yang
tak-terlampaui dalam membabarkan Dharma. Karena Beliau sekarang menanyakan cara
terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah
menggunakan suara Dharma dalam menaklukkan perlawanan Mara dan menghentikan arus
tumimbal lahir.”
16.
Meditasi Pada Persepsi Obyek
Sentuhan
‘Upali’
bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku
sendiri mendampingi Sang Buddha sewaktu memanjat tembok kota untuk melarikan
diri dari rumah. Dengan mataku sendiri, aku menyaksikan bagaimana Beliau
mengalami penderitaan didalam mempraktekkan pengingkaran diri dengan tekun
selama enam tahun, mengalahkan semua iblis (Mara), menaklukkan aliaran sesat,
membebaskan diriNya dari nafsu duniawi dan semua kebocoran yang tidak murni dari pikiran. Beliau sendiri yang mengajarkan disiplin kepadaku, termasuk ke-3000 peraturan sikap tubuh utama dan 8000 aturan perilaku penunjang lainnya yang mensucikan semua karma (langsung) yang terwujud maupun yang masih berupa benih karma. Setelah tubuh dan pikiranku berada dalam keadaan ketenangan (Nirvana), aku mencapai tingkat Arahat dan Sang Tathagatha mengesahkan pikiranku disebabkan kepatuhanku didalam memegang disiplin dan mengendalikan tubuh. Aku sekarang merupakan pilar disiplin didalam persamuan ini dan dianggap sebagai siswa utama. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah mendisiplinkan tubuh sehingga terbebas dari segala rintangan dan mencapai ketenangan, kenyamanan kemudian mendisiplinkan pikiran sehingga memperoleh kejernihan dan ketajaman yang mencakup segala-galanya, yang akan mengakibatkan kebebasan bagi tubuh dan pikiran.”
membebaskan diriNya dari nafsu duniawi dan semua kebocoran yang tidak murni dari pikiran. Beliau sendiri yang mengajarkan disiplin kepadaku, termasuk ke-3000 peraturan sikap tubuh utama dan 8000 aturan perilaku penunjang lainnya yang mensucikan semua karma (langsung) yang terwujud maupun yang masih berupa benih karma. Setelah tubuh dan pikiranku berada dalam keadaan ketenangan (Nirvana), aku mencapai tingkat Arahat dan Sang Tathagatha mengesahkan pikiranku disebabkan kepatuhanku didalam memegang disiplin dan mengendalikan tubuh. Aku sekarang merupakan pilar disiplin didalam persamuan ini dan dianggap sebagai siswa utama. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah mendisiplinkan tubuh sehingga terbebas dari segala rintangan dan mencapai ketenangan, kenyamanan kemudian mendisiplinkan pikiran sehingga memperoleh kejernihan dan ketajaman yang mencakup segala-galanya, yang akan mengakibatkan kebebasan bagi tubuh dan pikiran.”
17.
Meditasi Pada Kemampuan Pikiran
‘Mahamaudgalana’
kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata:
“Suatu
hari sewaktu aku sedang meminta makanan, aku bertemu dengan ketiga Kasyapa
bersaudara - Uruvilva, Gaya, dan Nadi - yang sedang membabarkan hukum karma yang
diajarkan Tathagatha. Sekonyong-konyong pikiranku menjadi terbuka dan menembus
kemana-mana. Kemudian Sang Tathagatha memberi aku sehelai baju bhikshu (kasaya)
dan sewaktu aku mengenakannya, rambut dan janggutku rontok sendiri. Aku
mengembara ke-10 jurusan dan tidak menemukan rintangan apapun. Demikianlah aku
memperoleh kekuatan spiritual yang tak-terlampaui dan yang menyebabkan
pencapaian tingkat Arahat-ku. Tidak hanya Yang Dijunjungi, melainkan para
Tathagatha dari 10 penjuru memuji kekuatan spiritualku yang sempurna, murni,
berdaulat, dan tidak gentar. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik
untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku yang terbaik adalah kembali
kedalam keheningan untuk memungkinkan cahaya dari pikiran muncul, seperti air
keruh yang didiamkan akan menjadi murni dan bersih bagaikan
Kristal.”
D.
Meditasi
pada Ke-7 Unsur
18.
Meditasi Pada Unsur Api
Ucchusma
kemudian maju ke depan Tathagatha, merangkapkan kedua tangannya, bersujud di
kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat pada kalpa yang lama sekali di
masa lalu aku dipenuhi nafsu birahi. Pada saat itu seorang Buddha yang bernama
‘Raja Ketidak-Nyataan’ muncul di dunia ini. Menurut Beliau, mereka yang dipenuhi
nafsu birahi menambah api neraka mereka sendiri. Beliau kemudian mengajari aku
untuk bermeditasi pada tulang didalam tubuhku, pada ke-4 anggota tubuhku serta
pada nafasku yang dingin dan panas. Lama kelamaan suatu cahaya spiritual
menggumpal didalam tubuhku dan mengubah pikiran nafsuku yang berlebihan menjadi
api kebijaksanaan. Sejak itu aku dipanggil ‘Kepala Api’ oleh semua Buddha.
Disebabkan oleh Samadhi Cahaya-Apiku yang kuat, aku mencapai tingkat Arahat.
Kemudian aku membuat ikrar besar untuk menjadi pelindung Dharma (Vira) sehingga
bilamana setiap Buddha akan mencapai pencerahan, aku sendiri akan membantu
mereka menaklukkan perlawanan Mara. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara
terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku yang terbaik adalah
menyelidiki panas yang tidak nyata didalam tubuh dan pikiran guna menghilangkan
segala rintangan dari itu, sampai arus tumimbal lahir terhentikan. Dengan
demikian Cahaya Mulia akan muncul dan membimbing ke arah pencapaian Bodhi
Sempurna.”
19.
Meditasi Pada Unsur Tanah
Bodhisattva
Dharanimdhara kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang
Buddha dan berkata: “Aku masih ingat pada masa yang lalu sewaktu Buddha ‘Cahaya
Universal’ muncul di dunia, aku adalah seorang bhikshu yang suka meratakan
segala rintangan, membangun jembatan, membawa pasir dan tanah untuk memperbaiki
jalan utama, dermaga kapal, dan jalan berbahaya yang berada dalam keadaan rusak
serta tidak bisa dilewati oleh kuda atau kereta. Demikianlah aku terus bekerja
keras untuk waktu yang lama dimana sejumlah Buddha yang tak-terhitung muncul di
dunia ini. Jika seseorang membutuhkan kurir/portir untuk membawa barang mereka
aku melakukannya tanpa meminta imbalan. Sewaktu Buddha Visvabhu muncul di dunia
(saat itu), bencana kelaparan terjadi dimana-mana. Aku sering menggendong orang
dengan mengenakan biaya satu kepeng tanpa melihat jauh atau dekat jaraknya. Jika
ada kereta keledai terperosok kedalam lumpur, aku menggunakan kekuatan gaib-ku
untuk mendorongnya agar terbebas. Suatu
hari, sang raja mengundang Buddha tersebut untuk suatu perjamuan. Karena
jalanannya sangat jelek, aku meratakan jalan yang akan dilalui Beliau.
Tathagatha Visvabhu meletakkan tanganNya di kepalaku dan berkata: ‘Engkau harus
meratakan bidang pikiranmu dulu, maka segala benda lainnya di dunia ini akan
menjadi rata. Begitu mendengar itu, pikiranku menjadi terbuka dan aku melihat
bahwa semua partikel tanah yang membentuk tubuhku tidak berbeda dengan partikel
yang membentuk dunia ini. Sifat dari partikel itu adalah sedemikian sehingga
tidak saling bergantungan satu sama lainnya dan bahkan tidak dapat dipisahkan
oleh senjata tajam. Kemudian aku mengalami Anutpattika-dharma-ksanti, dan dari
itu mencapai tingkat Arahat. Kemudian dengan mengembangkan pikiranku, aku
memasuki tahapan Bodhisattva. Sewaktu mendengar Sang Tathagatha membabarkan
pengetahuan universal Buddha didalam ‘Sutra Bunga Teratai’ yang dalam, akulah
pendengar pertama yang mengerti dan dijadikan pemimpin persamuan. Karena Sang
Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut
pendapatku, tubuh dengan alamsemesta di mana kedua-duanya tercipta dari
pencemaran atas Tathagarbha, dan bilamana pencemaran ini dihilangkan,
kebijaksanaan akan menjadi sempurna dan kemudian seseorang akan mencapai Bodhi
Sempurna.”
20.
Meditasi Pada Unsur Air
Bodhisattva
Candraprabha kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha
dan berkata: “Aku masih ingat didalam kalpa yang lamanya tak terhitung bagaikan
butir pasir sungai Gangga di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama ‘Dewa
Air’ (Varuna), muncul di dunia ini dan mengajari para Bodhisattva untuk
merenungkan unsur air guna memasuki keadaan samadhi. Metode ini terdiri dari
melihat kedalam tubuh dimana semua unsur berair berdasarkan sifatnya, tidak
bertentangan satu sama lainnya. Dengan pertama-tama menggunakan air mata dan
ingus sebagai objek meditasi, kemudian air-liur, keringat, darah, air kencing,
dan kotoran. Selagi cairan itu berputar didalam tubuhku, sifat dari air adalah
sama. Aku melihat bahwa elemen air didalam tubuh tidak berbeda dengan air di
dunia luar, bahkan terhadap air wangi di samudra yang mengelilingi Tanah Suci
para Buddha. Sewaktu aku memasuki samadhi ini, aku hanya berhasil menyadari
kesamaan unsur air (ada dimana-mana), tetapi belum bisa melepaskan (pandangan
atas) tubuh ini. Waktu itu aku adalah seorang bhikshu yang mempraktekkan dhyana
(meditasi abstrak) dan sewaktu muridku mengintip didalam kamar, dia melihat
bahwa kamar itu seluruhnya dipenuhi air jenih. Karena ia masih muda dan tidak
tahu apa-apa, dia memungut sebuah pecahan genteng dan melemparkannya kedalam
air, menatap dengan rasa ingin tahu dan meninggalkannya. Sewaktu aku terbangun
dari kesadaran dhyana, sekonyong-konyong aku merasa kesakitan di hatiku bagaikan
yang dialami oleh Sariputra ketika menghadapi gangguan iblis. Aku berpikir,
‘Karena aku sudah mencapai tingkat Arahat, seharusnya aku sudah terhindar dari
segala penyakit duniawi. Mengapa, tiba-tiba pada hari ini aku merasa kesakitan
di hati; apakah itu merupakan tanda kemunduran (dari posisi Arahat)?’ Tak lama
kemudian anak laki-laki itu kembali dan menuturkan apa yang dilihat dan
dilakukannya pada waktu meditasi-ku. Aku segera berkata kepadanya: ‘Bila engkau
melihat air lagi di kamarku, bukalah pintunya, masuklah kedalam air ambillah
pecahan gentengnya.’ Anak itu mematuhiku, dan sewaktu aku memasuki dyhana
kembali, dia melihat pecahan genteng tadi didalam air. Kemudian dia membuka
pintu untuk mengeluarkan pecahan genteng tersebut. Sewaktu aku terbangun dari
dhyana, sakitku telah menghilang. Sesudah itu, aku bertemu dengan Buddha yang
tak terhitung banyaknya dan berlatih dengan cara ini sampai kemudian aku bertemu
dengan Buddha Sargara-Varadhara-Buddhi-Vikridita-Bhijna. Dibawah bimbinganNya
aku berhasil melepaskan (konsepsi atas) tubuh, dengan demikian menyadari
penyatuan sempurna dari tubuh ini, dan samudera air wangi di 10 penjuru dengan
kekosongan sejati, tanpa perbedaan lebih
lanjut. Itulah sebabnya aku disebut Putra Buddha dan berhak menghadiri persamuan
para Bodhisattva. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk
mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah didalam mencapai
kesamaan jangkauan yang tak-terintangi dari unsur air, dari itu mengalami
Anutpattika-dharma-ksanti yang menjamin Pencarahan
Sempurna.”
21.
Meditasi Pada Unsur Angin
Bodhisattva
‘Cahaya Kristal’ kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang
Buddha dan berkata: “Aku masih ingat didalam kalpa yang tak terhitung bagikan
butir pasir sungai gangga di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama ‘Suara
Tak Terhingga’ yang muncul di dunia ini untuk mengajari para Bodhisattva bahwa
kesadaran hakiki adalah indah dan terang. Beliau mengajari mereka untuk
merenungkan bahwa dunia ini dan semua wujud mahluk hidup didalamnya adalah ilusi
palsu yang tercipta dari penyebab berulang-ulang, yang didorong oleh kekuatan
angin. Pada waktu itu, aku merenungkan pembentukan dunia ini yang bersifat
ilusi, waktu perubahannya, pergerakan dan kediamannya, serta gejolak pikiran, gerakan,
dan kediaman tubuhku, baik di dunia ini maupun di dunia lainnya segala jenis
gerakan, yang secara hakiki tidak berbeda satu sama lainnya. Kemudian aku
menyadari bahwa gerakan-gerakan ini tidak berasal dari manapun maupun pergi ke
manapun dan bahwa semua mahluk hidup di sepuluh penjuru, yang banyaknya tak
terhingga bagikan butir debu, juga berasal dari kepalsuan kosong yang sama.
Demikian juga, semua mahluk hidup didalam setiap dunia kecil dari alam semesta
adalah bagaikan nyamuk didalam kurungan dimana mereka mengiang tanpa tujuan dan
menciptakan aliran udara yang kacau balau. Tak lama sesudah bertemu dengan
Buddha tersebut, aku mengalami anutpattika-dharma-ksanti. Sesudah pikiranku
terbuka aku dapat melihat tanah suci dari ‘Buddha Tak Tergerak’ (Aksobhya) di
sebelah Timur, dimana aku diakui sebagai Pangeran Dharma, sambil mengabdi pada
semua Buddha di sepuluh penjuru, tubuh dan pikiranku memancarkan cahaya yang
menerangi segala dunia tanpa rintangan. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan
cara terbaik untuk mencapai pencerahan, menurut pendapatku yang terbaik adalah
menyelidiki kekuatan unsur angin yang tidak mengandal pada apapun (yang nyata),
dari itu menyadari pikiran Bodhi untuk memasuki samadhi dan kemudian menyatu
dengan Pikiran Tunggal Sempurna yang dibabarkan oleh para Buddha di sepuluh
penjuru.”
22.
Meditasi Pada Ruang Hampa
Bodhisattva
Akasagarbha kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha
dan berkata:
“Sewaktu
Sang Tathagatha dan diriku memperoleh tubuh tak terbatas kami di tempat Buddha
Dipankara, aku memegang dalam tanganku empat batu permata besar yang menerangi
semua tanah Buddha di sepuluh penjuru, yang tak terhingga bagaikan butir debu,
dan mengubah semua tanah Buddha itu menjadi kekosongan (absolut). Kemudian
pikiranku sendiri berubah bagaikan cermin yang memancarkan sepuluh macam cahaya
mulia misterius yang menembus ke sepuluh penjuru, mencapai tepian jagat dan
menyebabkan semua tanah suci Buddha memasuki cermin dan berbaur dengan bebas
terhadap tubuhku yang bagaikan ruang hampa bebas hambatan. Kemudian tubuhku
dapat memasuki dengan sempurna dunia samsara yang banyaknya bagaikan butir debu
untuk menjalankan tugas penyelamatan Buddha secara luas, karena tubuh itu telah
menjadi sangat mudah diatur (menurut). Aku memperoleh kekuatan transenden yang
besar ini dari perenunganku yang seksama pada ke empat unsur yang tidak
mengandal pada apapun dan pada pikrian khayal yang timbul tenggelam bergantian
dan tidak berbeda dengan kekosongan. Aku menyadari non-dualitas daripada ruang
hampa dan kesamaan tanah suci para Buddha dengan dunia samsara ini, dan dari itu
mencapai anutpattika-Dharma-ksanti. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara
terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman pribadiku yang terbaik
adalah perenungan yang seksama pada ruang hampa yang tak bertepian untuk
memasuki samadhi dan dari itu menyempurnakan kekuatan
rohani.”
23.
Meditasi Pada Unsur Kesadaran
Bodhisattva Maitreya kemudian bangkit dari
tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat
dalam kalpa yang tak-terhitung bagaikan butir pasir di masa lalu, ada seorang
Buddha yang bernama Chandra-Surya-Pradipa muncul di dunia (untuk menolong mahluk
hidup). Aku mengikutiNya dan meninggalkan kehidupan berumah tangga. Sekalipun
begitu, aku masih terikat pada nama besar duniawi dan suka bergaul dengan kaum
bangsawan/kalangan atas. Kemudian Sang Tathagatha mengajari aku untuk
mempraktekkan meditasi mendalam pada kesadaran pikiran guna mencapai keadaan
samadhi. Sejak itu sampai kalpa berikutnya aku telah menggunakan samadhi ini
untuk mengabdi pada Buddha yang banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga,
dengan demikian menghapuskan secara keseluruhan pikiranku sebelumnya yang
tertuju pada nama besar duniawi. Sewaktu Buddha Dipankara muncul di dunia ini,
dibawah perintahNya aku mencapai samadhi sempurna yang menakjubkan dan tak
terlampaui atas kesadaran pikiran, yang memungkinkan aku melihat bahwa semua
(kandungan) Tathagatha dan dunia samsara, kemurnian dan ketidak-murnian, serta
keberadaan dan ketidak-beradaan, hanyalah merupakan wujud yang disebabkan oleh
transformasi pikiranku sendiri. Yang Dijunjungi, disebabkan oleh pengertianku
yang jelas bahwa kesadaran pikiranlah yang menyebabkan segala hal yang berada di
luar, aku melihat sejumlah Tathagatha yang tak terbatas muncul dari sifat
kesadaran, demikianlah Sang Buddha meramalkan bahwa aku akan menjadi penerusNya.
Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan,
menurut pendapatku yang terbaik adalah perenungan dengan seksama bahwa semua
kemunculan (wujud) di sepuluh penjuru hanyalah tercipta oleh kesadaran. Bila
pikiran sadar menjadi terang dan murni, seseorang menyadari realitas utuh. Dia
meninggalkan segala ketergantungan pada hal diluar/alinnya dan memutuskan semua
keterikatan yang disebabkan oleh perbedaan tak terhenti dengan demikian mencapai
Anutpattika-Dharma-ksanti.”
24.
Meditasi Pada Unsur
Persepsi
Pangeran
Dharma Mahasthamaprapta, yang memimpin ke lima puluh dua Bodhisattva, bangkit
dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat
pada kalpa yang lalu yang tak terhitung bagaikan butir pasir di sungai Gangga,
ada seorang Buddha yang bernama ‘Cahaya Tak Terhingga’ (Amitabha) muncul di
dunia. Beliau digantikan oleh sebelas Tathagatha berikut lainnya didalam kalpa
yang sama. Yang terakhir bernama ‘Buddha Yang CahayaNya melebihi Cahaya Matahari
dan Bulan’; Beliau mengajari aku cara mencapai keadaan Samadhi dengan
merenungkan sepenuhnya pada Buddha (Amitabha). Sebagai gambaran, bila seseorang
selalu mengingat seseorang lainnya tetapi orang lainnya itu telah melupakannya,
mereka mungkin akan bertemu dan melihat satu sama lainnya tanpa saling mengenal.
Akan tetapi, jika keduanya saling mengingat satu sama lainnya sampai kenangannya
tak-terhapus, maka dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya mereka menjadi tak
terpisahkan bagaikan suatu tubuh dan bayangannya. Para Tathagatha di sepuluh
penjuru disebabkan oleh welas asihnya yang besar terhadap
semua mahluk hidup selalu memikirkan mereka, bagaikan seorang ibu yang tidak pernah berhenti memikirkan anaknya. Jika si anak meninggalkannya, kerinduannya tidak akan menolong. Tetapi jika si anak juga memikirkan ibunya dengan kerinduan yang sama, mereka tidak akan terpisahkan sekalipun melewati berbagai kelahiran. Jika mahluk hidup mengingat dan memikirkan Buddha, mereka pasti akan melihatNya
didalam kehidupannya kini maupun yang akan datang. Mereka tidak akan jauh dari Buddha dan tanpa bantuan upaya apapun, pikirannya akan terbuka. Bagaikan seseorang yang badannya diharumkan oleh dupa akan mengeluarkan wangi, dengan demikian ia disebut ‘Seseorang yang diagungkan oleh wangi dan cahaya Buddha.’ Sebagai latihan dasar aku memusatkan semua kesadaranku untuk merenungkan Buddha sampai aku mencapai Anutpattika-dharma-ksanti. Itulah sebabnya sekarang aku
membantu semua mahluk hidup di dunia ini untuk mengendalikan pikiran mereka dengan mengucapkan nama Buddha agar mereka bisa mencapai (terlahir) di Tanah Suci. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurutku tidak ada yang melebihi pengendalian sempurna atas ke-enam organ sensasi melalui pengarahan pikiran murni yang berkelanjutan untuk mencapai samadhi.”
semua mahluk hidup selalu memikirkan mereka, bagaikan seorang ibu yang tidak pernah berhenti memikirkan anaknya. Jika si anak meninggalkannya, kerinduannya tidak akan menolong. Tetapi jika si anak juga memikirkan ibunya dengan kerinduan yang sama, mereka tidak akan terpisahkan sekalipun melewati berbagai kelahiran. Jika mahluk hidup mengingat dan memikirkan Buddha, mereka pasti akan melihatNya
didalam kehidupannya kini maupun yang akan datang. Mereka tidak akan jauh dari Buddha dan tanpa bantuan upaya apapun, pikirannya akan terbuka. Bagaikan seseorang yang badannya diharumkan oleh dupa akan mengeluarkan wangi, dengan demikian ia disebut ‘Seseorang yang diagungkan oleh wangi dan cahaya Buddha.’ Sebagai latihan dasar aku memusatkan semua kesadaranku untuk merenungkan Buddha sampai aku mencapai Anutpattika-dharma-ksanti. Itulah sebabnya sekarang aku
membantu semua mahluk hidup di dunia ini untuk mengendalikan pikiran mereka dengan mengucapkan nama Buddha agar mereka bisa mencapai (terlahir) di Tanah Suci. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurutku tidak ada yang melebihi pengendalian sempurna atas ke-enam organ sensasi melalui pengarahan pikiran murni yang berkelanjutan untuk mencapai samadhi.”
E.
Metode
Pencapaian Penerangan Sempurna dari
Avalokitesvara
25.
Meditasi Pada Kontemplasi Suara
Batin
Bodhisattva
Avalokitesvara kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang
Buddha dan berkata: “Aku masih ingat didalam kalpa yang lamanya bagaikan butir
pasir sungai Gangga di masa lalu, ada seorang Buddha bernama Avalokitesvara
muncul di dunia. Di bawah bimbinganNya, aku mengembangkan pikiran Bodhi. Buddha
tersebut mengajari aku untuk memasuki samadhi melalui kontemplasi Suara Batin.
Pada mulanya aku mengarahkan organ pendengaran kedalam arus meditasi (melupakan
kondisi subyektif) sehingga organ ini terpisah dari obyeknya, dan dengan
menghapuskan (konsep) suara maupun memasuki arus, baik gerakan maupun keheningan
terkristalisasi dan tidak timbul. Meningkat perlahan-lahan, baik pendengaran
maupun yang terdengar (obyeknya) kemudian menghilang sama sekali, tetapi aku
tidak berhenti sampai di situ. Ketika kesadaran atas keadaan ini dan keadaannya
sendiri (obyeknya) telah disadari sebagai tidak nyata/berada, baik subyek maupun
obyek dilebur kedalam kekosongan, dan kesadaran atas ini mencakup
segala-galanya. Dengan menghilangkan kekosongan dan apa yang dikosongkan lebih
lanjut, penciptaan dan kehancuran dihilangkan, maka pemadaman sempurna (Nirvana)
terwujud. Tiba-tiba aku melampaui baik duniawi maupun non-duniawi dan dari itu
menyadari suatu penerangan yang mencakup segala-galanya di sepuluh penjuru dunia
serta memperoleh dua pahala yang tak terlampaui. Yang pertama adalah diatas aku
bergabung dengan Pikiran Pencerahan Sempurna hakiki dari semua Buddha di sepuluh
penjuru dan memiliki kekuatan welas asih yang sama dengan yang dimiliki para
Tathagatha. Yang kedua adalah di bawah aku bergabung semua mahluk hidup didalam
ke enam alam kehidupan di sepuluh penjuru dan aku menumbuhkan rasa cinta kasih
yang setara terhadap semua mahluk hidup. Yang Dijunjungi, sewaktu aku mengikuti
dan mengabdi pada Tathagatha Avalokitesvara, Beliau mengajari aku cara
menggunakan pendengaran ilusi untuk mengembangkan pendengaran (absolut) guna
menyadari samadhi Intan (vajra) yang sama dengan samadhiNya para Buddha. Karena
aku telah memiliki kekuatan welas asih yang sama dengan para Buddha, aku dapat
mengubah diri kedalam tiga puluh dua wujud tubuh untuk mengunjungi berbagai
dunia samsara (guna menyelamatkan mahluk hidup). Kemudian Sang Bodhisattva
menjelaskan secara terperinci ke tiga puluh dua wujud yang (dapat) diambilnya
dan menyatakan bahwa dengan kekuatan tak-tercipta yang mendalam dari samadhi
yang sama, Ia dapat memberikan empat belas jenis ketidak-gentaran kepada semua
mahluk hidup, dan bahwa sebagai tambahan, Ia telah memperoleh ke empat pahala
tak-tercipta yang tak-Terbayangkan dan luar biasa. Karena Sang Buddha sekarang
Menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman
pribadiku, yang terbaik adalah dengan mengendalikan organ pendengaran untuk
menenangkan pikiran (berkonsentrasi) guna memasuki arus meditasi, dan dari itu
memasuki keadaan samadhi yang membimbing ke arah Bodhi.
Yang Dijunjungi, Buddha tersebut memuji metode pencapaian Pencerahan Sempurnaku yang unggul dan di hadapan persamuan memberi aku nama Avalokitesvara. Karena kemampuanku mendengar dan kontemplasiku (menyadari) Yang Sempurna di sepuluh penjuru, namaku dikenal di mana-mana di sepuluh penjuru.”
Yang Dijunjungi, Buddha tersebut memuji metode pencapaian Pencerahan Sempurnaku yang unggul dan di hadapan persamuan memberi aku nama Avalokitesvara. Karena kemampuanku mendengar dan kontemplasiku (menyadari) Yang Sempurna di sepuluh penjuru, namaku dikenal di mana-mana di sepuluh penjuru.”
Setelah
itu, Sang Tathagatha berkata kepada Pangeran Dharma, Bodhisattva Manjusri:
“Engkau harus merenungkan ke dua puluh lima Bodhisattva dan Arahat yang tidak
perlu belajar lebih lanjut ini, dimana mereka masing-masing telah menceritakan
metode bijaksana yang digunakan pada saat permulaan latihan mereka untuk
mencapai ke-Bodhi-an. Didalam kenyataan, latihan mereka tidak berbeda dan tidak
lebih bagus atau lebih jelek satu sama lainnya. Katakanlah yang mana yang cocok
untuk Ananda sehingga dia bisa memperoleh pencerahan dan yang manakah yang
termudah mencapai hasil sesuai kemampuannya, juga untuk kebaikan mahluk hidup
yang - sesudah NirvanaKu - ingin mempraktekkan jalan Bodhisattva didalam
pencarian Bodhi Sempurna. Sesudah diperintahkan, Bodhisattva Manjusri bangkit
dari tempat dudukNya, bersujud di kaki Sang Buddha dan mengucapkan gatha berikut
ini dengan hormat: Lautan Pencerahan (Bodhi) adalah sempurna dan terang
sifatnya, Bodhi suci dan tak bernoda adalah sumber yang luar biasa dan tak
terbatas. Cahaya hakikinya bersinar, sehingga tercipta obyek, yang kemudian
menutupi sifat hakikinya yang terang. Demikianlah dalam kepalsuan muncul
kekosongan sepihak, didalam mana suatu dunia maya (tidak kekal) terbentuk proses
berpikir (yang mengendap) membentuk alam dan dunia, sedangkan dia yang
mengetahui menjadi mahluk hidup. Kehampaan yang tercipta demikian didalam Bodhi
adalah bagaikan gelembung kecil didalam samudra dunia, negara yang tak terhitung
bagaikan titik debu muncul didalam kekosongan (relatif) ini. Bila gelembung ini
pecah, ketidaknyataan, kehampaan ini terungkap. Apalagi dengan ke tiga alam
kehidupan sekalipun semua kembali pada Sifat Tunggal dari sumbernya. Ada
berbagai metode bijaksana untuk mencapai tujuan itu, sekalipun sifat suci
mencakup semua, metode langsung atau kebalikannya adalah cara
bijaksana.
Demikianlah
pikiran yang baru di-inisiasi dengan sikap berlainan bisa cepat atau lambat
memasuki samadhi. Wujud yang terkristalisasi dari pikiran adalah terlalu sulit
untuk diteliti, bagaimana kesempurnaan bisa tercapai melalui wujud yang susah
dibedakan ini? Bunyi, ucapan, kata, dan
kalimat masing-masing dibatasi oleh definisi tertentu (keterbatasannya) yang
dengan sendirinya tidak mencakup semuanya, bagaimana ini bisa membantu
pencapaian kesempurnaan?
Bau
dicerap bila berhubungan dengan hidup, tanpa hubungan itu seseorang tidak
mengetahui jika itu ada, bagaimana mungkin sesuatu yang tidak selalu ada menjadi
suatu media untuk mencapai kesempurnaan?
Cita
rasa tidak timbul dengan sendiri melainkan dicerap, bilamana muncul sesuatu
untuk dirasai (aroma), karena sensasi rasa sangat bervariasi, bagaimana itu bisa
membimbing ke arah kesempurnaan?
Sentuhan
timbul bila ada obyek yang disentuh, tanpa suatu obyek, sentuhan itu tidak ada
karena hubungan dan pemisahannya tidak tetap, bagaimana sentuhan bisa membantu
mencapai kesempurnaan?
Dharma
disebut sebagai pencemaran (debu) dari dalam, dengan mengandalkannya mengandung
arti suatu obyek (sensasi) karena subyek dan obyek tidak mencakup
segala-galanya, bagaimana Dharma bisa membimbing seseorang menuju kesempurnaan?
Organ
penglihatan, sekalipun mencerap dengan jelas, melihat benda yang didepan tetapi
tidak dapat melihat ke belakang, bagaimana bisa penglihatan partial ke-4 jurusan
membantu seseorang mencapai kesempurnaan?
Nafas
dalam dan luar tidak mempunyai mata rantai yang menyatukannya. Bagaimana bisa,
tanpa dihubungkan (dapat) digunakan untuk mencapai
kesempurnaan?
Lidah
tidaklah berguna bilamana tidak ada yang dirasai, bilamana ada yang dirasai
(aroma), akan timbul cita rasa yang menghilang bila tidak ada yang dirasai
(aroma). Bagaimana ini bisa mencapai kesempurnaan?
Tubuh
harus dikondisi dengan obyek yang tersentuh. Kedua-duanya tidak bisa digunakan
untuk meditasi yang mencakup segala-galanya yang berada diluar, baik subyek
maupun obyek dengan keterbatasannya. Bagaimana ini bisa berfungsi (untuk)
mencapai kesempurnaan?
Pergolakan
pikiran timbul dari hati yang kacau, ketenangan dan intuisi timbul dari persepsi
yang benar. Karena pikiran yang bergolak paling susah dihilangkan, bagaimana
intelek bisa berfungsi mencapai kesempurnaan?
Gabungan kesadaran dari mata dan penglihatan mempunyai tiga komponen yang tidak menetap. Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak mempunyai substansi digunakan sebagai media untuk mencapai kesempurnaan?
Gabungan kesadaran dari mata dan penglihatan mempunyai tiga komponen yang tidak menetap. Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak mempunyai substansi digunakan sebagai media untuk mencapai kesempurnaan?
Kesadaran
pendengaran yang mencapai ke 10 penjuru memerlukan suatu penyebab besar untuk
perkembangannya, tetapi manusia yang tak terlatih tidak bisa mencapainya.
Bagaimana ini bisa membantu mencapai kesempurnaan?
Meditasi
pada hidung hanyalah suatu cara bijaksana untuk mengendalikan pikiran dengan
memadukannya untuk suatu saat, tetapi tempat menetap yang keliru bisa
menciptakan tempat menetap yang bersifat khayalan. Bagaimana ini bisa digunakan
untuk mencapai kesempurnaan?
Membabarkan
Dharma mengandalkan kata dan bahasa tetapi pencerahan terjadi dari praktek di
masa lalu. Kata dan kalimat tidak terbebas dari ‘kerancuan’ (pencemaran).
Bagaimana ini bisa menjadi media mencapai kesempurnaan?
Mematuhi
aturan moralitas (sila) mengendalikan tubuh. Tanpa tubuh tidak ada yang
dikendalikan karena pengendalian tubuh tidak mencakup segala-galanya. Bagaimana
ini bisa berfungsi untuk mencapai kesempurnaan?
Kekuatan
transenden berasal dari penyebab masa lalu; apa hubungannya dengan kesadaran
membedakan (Dharma)? Pikiran terkondisi tidak berbeda dengan hal/benda (Dharma),
bagaimana itu bisa berfungsi untuk mencapai kesempurnaan?
Jika
unsur tanah digunakan untuk perenungan itu adalah keras dan tidak dapat
ditembus. Yang bersifat duniawi (terkondisi), kurang (terpenuhi) sifat
rohaninya. Bagaimana itu bisa digunakan untuk mencapai kesempurnaan?
Jika
unsur air digunakan untuk meditasi, pikiran yang kemudian timbul tidak memiliki
(sifat) kenyataan. Diluar perasaan dan penglihatan adalah bersifat mutlak
adanya, bagaimana air dapat membantu mencapai kesempurnaan?
Jika
unsur api digunakan untuk meditasi, penolakan nafsu bukanlah pengingkaran
sempurna. Ini bukanlah cara bagi pikrian yang baru diinisiasi. Bagaimana api
bisa menjadi media untuk mencapai kesempurnaan? Jika meditasi dilakukan pada
unsur angin, gerakan dan kediaman adalah dualitas yang palsu. Dualitas tidak
bisa melahirkan pencerahan (Bodhi) tertinggi. Bagaimana angin bisa membantu
untuk mencapai kesempurnaan?
Jika
unsur ruang angkasa digunakan untuk meditasi, kegelapan dan kemuramannya
bukanlah pencerahan karena apapun yang tidak memiliki pencerahan sangat berbeda
dengan Bodhi. Bagaimana unsure ruang angkasa bisa membantu mencapai
kesempurnaan?
Jika
engkau bermeditasi pada unsur kesadaran, hal itu senantiasa berubah dan tidak
tetap. Bahkan pikiran yang ditujukan pada hal itu adalah palsu adanya. Bagaimana
unsur tersebut dapat membantu mencapai kesempurnaan?
Semua
kegiatan (fenomena) adalah tidak tetap (sensasi,) pikiran dengan sendiri datang
dan pergi. Karena penyebab akan selalu berbeda dengan akibat. Bagaimana sensasi
bisa mencapai kesempurnaan?
Aku
sekarang menyampaikan kepada Yang Dijunjungi, bahwa semua Buddha di dunia ini
muncul untuk mengajarkan metode yang paling cocok yaitu dengan menggunakan
kontemplasi Suara Batin yang mencakup segala-galanya. Keadaan samadhi bisa
dicapai melalui penangkapan suara (batin). Demikianlah Bodhisattva
Avalokitesvara memenangkan pembebasan dan keselamatan dari penderitaan selama
kalpa yang tak-terhitung bagaikan pasir Gangga. Dia memasuki Tanah Suci Buddha
yang sama banyaknya. Memperoleh kekuatan pengendalian diri dari pembebasannya
dan memberikan ketidak-gentaran kepada semua insan. Engkau yang mensucikan semua
suara, yang merenungkan segala suara, bagaikan suara ombak yang menyelamatkan
dan memberikan ketenteraman kepada semua mahluk hidup di dunia. Membantu
pembebasan dan pencapaian keabadian mereka. Mata tidak dapat menembus wujud
padat, demikian juga mulut dan hidung, tubuh hanya berasa jika tersentuh.
Kesadaran pikiran adalah kacau dan tak utuh namun suara (batin) apakah jauh atau
dekat bisa didengar setiap saat. Kelima organ lain tidak dapat menandinginya.
Pendengaran (pada Suara Batin) itu benar-benar sangat luas. Hadir tidaknya bunyi
atau suara tertangkap oleh telinga sebagai ada atau tidak ada. Tanpa bunyi
berarti tidak ada yang terdengar tetapi ini bukan berarti bahwa pendengaran
tidak terjadi tanpa bunyi, sifat pendengaran tidak hilang, demikian juga ia
tidak timbul bila ada suara (luar).
Kemampuan
pendengaran ini benar-benar berada diluar ciptaan dan penghancuran, serta abadi
selamanya. Sekalipun apabila timbul sebersit pikiran didalam mimpi. Sekalipun
kondisi dan proses berpikir telah menghilang, pendengaran tidak berakhir, karena
kemampuan pendengaran ini melampui segala kesadaran, berada diluar pikiran
maupun tubuh yang berada didalam dunia fisik ini. Pengajaran ini adalah melalui
suara. Mahluk hidup yang tidak mengetahui sifat pendengaran mengikuti bunyi
untuk terus-menerus bertumimbal lahir. Sekalipun Ananda mengingat semua yang
pernah didengarnya, dia tidak dapat menguasai diri dari pikiran yang menyimpang.
Ini adalah kejatuhan kedalam samsara karena mengikuti suara (ucapan), dengan
melawan arus duniawi kekeliruan ini bisa dihindari. Dengarkan, Ananda, dengarkan
baik-baik atas nama dan kekuatan sang Buddha aku menerangkan, Raja Vajra, suatu
samadhi dengan pengertian tak-terkira bahwa khayalan itu adalah tidak nyata,
Samadhi hakiki yang melahirkan semua Buddha. Engkau boleh mendengarkan ajaran
rahasia (esoteric) dari Buddha yang banyaknya tak terhitung bagaikan titik debu,
tetapi jika engkau tidak bisa menghilangkan nafsu dan ‘kebocoran’, sekalipun
banyak belajar, engkau akan tetap membuat kekeliruan. Engkau berkonsentrasi
untuk mendengarkan dan belajar ajaran Buddha, mengapa tidak (membalikkan)
pendengaranmu sendiri. Pendengaran tidak timbul dengan sendirinya, disebabkan
oleh suara ia memperoleh namanya, tetapi bila pendengaran dibalikkan dan
terbebas dari suara. Apa yang engkau sebut pada sesuatu yang sudah terpisah?
Bila satu organ indera telah kembali ke sumbernya, seluruh enam indera
terbebaskan dari (indera) itu (ke-enam kesatuan indera tersebut). Penglihatan
dan pendengaran bagai ilusi kelopak mata seperti halnya ketiga alam yang
menyerupai bunga di angkasa dengan menghentikan pendengaran luar maka organ
ilusi menghilang. Tanpa obyek, Bodhi adalah murni sempurna. Didalam kemurnian
sempurna, cahaya terang meliputi semua. Dengan keheningan cahayanya mencakup
semua didalam kehampaan. Semua benda/hal duniawi, bila dilihat dengan teliti
hanyalah bersifat khayalan yang terlihat didalam mimpi. Gadis Matangi itu, juga
bagian dari mimpi. Bagaimana dia bisa memiliki/menahan tubuhmu? Bagaikan seorang
dalang panggung yang ahli dalam menyajikan permainan wayang, sekalipun terlihat
bergerak dengan bebas sebenarnya hanya digerakkan oleh seikat tali. Bila
penggerak ini dihentikan, mereka akan terdiam. Keseluruhan khayalan tidak
memiliki suatu sifat, demikian juga ke-6 organ sensasi mulanya berasal dari satu
alaya (vijnana) (sumber kesadaran) yang bercabang kedalam enam kesatuan
(indera). Jika salah satu dari (indera) itu (ke-enam kesatuan indera tersebut)
kembali ke sumber, maka ke seluruhan enam fungsi juga akan berakhir. Dengan
semua kotoran (obyek pencemaran) dihentikan, maka Bodhi kemudian tercapai. Sisa
kekotoran apapun membutuhkan belajar lebih lanjut bila pencerahan telah
sempurna, itulah Thatagatha. Ananda dan kalian semua yang mendengarkan di sini
haruslah membalikkan kemampuan pendengaranmu kedalam (batin) untuk mendengarkan
hakekat dirimu yang dengan sendirinya akan mencapai Bodhi sempurna. Inilah cara
memperoleh pencerahan. Buddha yang banyaknya bagaikan pasir sungai Gangga
melalui gerbang yang ini ke Nirvana . Semua Tathagata di masa lalu telah
menguasai dan menyempurnakan metode ini. Mereka semua yang belajar dan berlatih
diri di masa yang akan datang, juga harus mengandalkan Dharma ini bukan hanya
Avalokitesvara yang melatihnya sendiri karena aku juga telah lulus dari metode
itu. Yang Dijunjungi menanyakan cara bijaksana bagi mereka di jaman berakhirnya
Dharma, yang ingin keluar dari (lingkaran) samsara (hidup dan mati) didalam
pencarian pembebasan (pikiran Nirvana) adalah terbaik dengan merenungkan Suara
Batin. Semua metode lainnya adalah cara bijaksana yang digunakan Buddha didalam
kasus tertentu untuk melindungi muridNya dari kesulitan yang kadang-kadang
timbul. Itu tidak baik digunakan sebagai praktek yang umum. Oleh orang yang
berbeda-beda sifatnya, aku memberi hormat pada Tathagatha dan Dharma dan mereka
yang berada diluar semua arus duniawi dengan keyakinan mereka akan membantu
generasi yang akan datang sehingga mereka memiliki keyakinan (yang teguh) dalam
cara bijaksana yang mudah dipelajari ini. Cara ini baik untuk mengajari Ananda
dan bagi mereka didalam masa berakhirnya Dharma, mereka harus melatih alat
pendengaran ini. Suatu penembusan sempurna yang melampaui semua lainnya, suatu
cara untuk mencapai Pikiran Hakiki.
Pada
saat itu, Ananda dan semua yang berada didalam persamuan agung ini mengalami
suatu kejernihan dalam tubuh dan pikiran mereka, sesudah memperoleh petunjuk
yang luhur, mereka merenungkan pencerahan dan parinirvana Buddha bagaikan
seseorang yang telah bepergian jauh, mengetahui bahwa dia sudah berada di jalan
kembali, sekalipun belum kembali seluruhnya. Seluruh persamuan, dewa, naga, dan
kelompok mahluk suci lainnya yang berada di jalan Srvaka yang masih memerlukan
untuk belajar lagi, maupun Bodhisattva yang baru mulai belajar, yang banyaknya
bagaikan butir pasir di 10 penjuru sungai Gangga, menemukan pikiran mendasar
mereka, dan dengan menghilangkan kekotoran dan pencemaran, memperoleh kemurnian
mata dharma. Bhiksuni yang bernama “Sifat Diri” memperoleh ke-Arahat-an sesudah
mendengarkan gatha ini, dan mahluk hidup tak terhitung banyaknya menetapkan
pikirannya pada Anuttara-samyak-sambodhi.
Kita
telah membaca singkat metode meditasi yang dipuji oleh semua Buddha dan
pengalaman-pengalaman meditasi para Arahat dan Bodhisattva waktu mereka mencapai
Penerangan didalam Suranggama Sutra. Dijelaskan Metode Meditasi Pendengaran
Bodhisattva Avalokitesvara adalah metode yang terbaik untuk mencapai Penerangan
dan dianjurkan diakhir Periode Dharma untuk diperaktekkan oleh manusia untuk
mencapai Penerangan. Namun bagaimana memperaktekkanya? Hal inilah yang akan kita
bahas didalam buku penjelasan singkat ini.
Ada
beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum memperaktekan Metode Meditasi
Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara ini, yaitu:
1.
Adanya
Seorang Guru Meditasi
Bodhisattva
Avalokitesvara menceritakan bahwa ia memiliki seorang Guru yang bernama Buddha
Avalokitesvara dan Dialah yang mengajarkan Metode Suara Batin ini kepada Bodhisattva Avalokitesvara.
Manjusri Bodhisattva juga telah lulus memperaktekkan Metode Suara Batin ini,
sedangkan Guru Manjusri Bodhisattva adalah Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamunilah
yang mengajarkan Metode Suara batin kepada Manjusri Bodhisattva. Setelah kita
menarik kesimpulan sederhana dari pengalaman para suci masa lalu, maka tentu
saja kita yang mau memperaktekkan Metode Suara Batin ini harus memiliki seorang
Guru. Tentu bukan sembarang Guru Meditasi karena Guru inilah yang akan membuka
telinga rohani kita sehingga kita dapat mendengarkan suara rohani seperti
Bodhisattva Avalokitesvara. Guru meditasi ini jugalah yang akan membimbing kita
mencapai pencerahan. Buddha Sakyamuni selaku Guru Manjusri Bodhisattva dan
Buddha Avalokitesvara selaku guru Bodhisatva Avalokitesvara adalah bukan
sembarang Guru Meditasi. Mereka adalah guru-guru tercerahkan. Mereka memiliki
milyaran jelmaan. Tentu guru yang kita cari pun harus memiliki milyaran jelmaan,
karena jelmaan-jelmaan merekalah yang akan menjaga kita dalam menelusuri
alam-alam rohani. Jika mereka tidak memiliki jelmaan sungguh berbahaya sekali
dalam melakukan meditasi karena bisa saja kita tertipu oleh iblis (marra) yang
menyamar menjadi orang-orang suci untuk menipu kita atau membuat tujuan mulia
kita menyimpang.
2.
Adanya
Suara Rohani
Bodhisattva
Avalokitesvara mendengarkan suara ombak dalam meditasinya. Lalu suara ombak yang
bagaimanakah yang didengar Bodhisattva Avalokitesvara. Apakah kita harus pergi
kepantai untuk mendengar suara ombak itu. Bukan seperti itu, dijelaskan dalam
Saddharmapundarika sutra dikatakan bahwa:
“Betapa
indahnya suara Sang Avalokitesvara, suara brahma, suara deburan pasang samudera
melampaui segala suara di alam semesta.”
Suara ombak yang didengar Bodhisattva Avalokitesvara adalah suara alam-alam rohani, bukan suara dari dunia. Suara ombak ini merupakan suara rohani dari alam Brahma. Alam Brahma adalah alam rohani diatas alam Dewa. Suara ombak yang didengar Bodhisattva Avalokitesvara adalah salah satu dari Suara Batin. Suara Batin ini bukanlah suara luar melainkan suara yang dapat didengar dari dalam batin sendiri. Hal ini dijelaskan dalam Suranggama Sutra yang mengatakan:
“
Ananda dan kalian semua yang mendengarkan di sini haruslah membalikkan kemampuan
pendengaranmu kedalam (batin) untuk mendengarkan hakekat dirimu yang dengan
sendirinya akan mencapai Bodhi sempurna. Inilah cara memperoleh
pencerahan.”
Hal
ini jelas sekali bahwa seharusnya seseorang yang ingin memperaktekkan Metode
Suara Batin harus membalikkan pendengaran kedalam batin, bukan sebaliknya
keluar. Suara ini merupakan Hakikat Diri / Hakkat Kebuddhaan yang bersemayam
dalam semua mahluk. Setelah mendengar
suara batin ini maka kita setidaknya telah mencapai pencerahan. Inilah yang
dikenal dengan Pencerahan Seketika. Namun untuk mendengar suara batin ini kita
harus memerlukan seorang Guru Transmisi Suara. Setidaknya kita juga harus
mencocokkan pengalaman Bodhisattva Avalokitesvara dengan pengalaman rohani kita
dan kita harus juga mengalami suara-suara rohani seperti Bodhisattva
Avalokitesvara.
3.
Harus
Vegetarian
Seorang
Bodhisattva harus vegetarian karena vegetarian adalah sila dari seorang
Bodhisattva. Vegetarian berarti seseorang harus menjauhi komsumsi segala jenis
daging dan hanya mengkomsumsi sayur-sayuran. Bodhisattva Avalokitesvara adalah
seorang vegetarian. Salah satu kelahirannya sebagai seorang putri yg bernama
Miau Shan, diceritakan bahwa sejak lahir ia sudah vegetarian sampai ia dewasa.
Jalan ini adalah jalan para Bodhisattva maka kita harus mengikuti mereka untuk
vegetarian. Dalam Lankavatara Sutra, Buddha Sakyamuni mengatakan:
“Semua
mahluk hidup datang dari sumber yang sama. Melalui banyak tumimbal lahir, semua
mahluk hidup telah menjadi saudara satu sama lainnya. Bagaimana bisa kita makan
daging dari saudara kita?”
Semua
mahluk telah mengalami kelahiran kembali yang tidak terhitung jumlahnya.
Kemungkinan besar mereka pernah menjadi ayah, ibu, adik, kakak, abang, kakek,
nenek dan sebagainya. Karena karma buruk mereka bisa saja lahir dialam binatang
menjadi seekor binatang seperti ayam, ikan dan lainnya. Namun karena kita tidak
mengerti hukum karma dan proses tumbal lahir dialam-alam kehidupan, maka bisa
saja setelah mereka menjadi binatang kita memakan mereka. Jadi alangkah baiknya
kita memakan sayuran dan menjauhi segala macam jenis daging. Lagi Buddha
Sakyamuni mengatakan dalam Sutra Brahmajala:
“Orang
yang makan daging merusak bibit maha welas asih dari Sifat Kebuddhaan mereka,
dan mahluk hidup mana pun yang melihat mereka akan meninggalkan mereka. Oleh
karena itu, semua Bodhisattva harus menghindari makan daging dari mahluk hidup
manapun karena akan mendatangkan dosa yang tiada batasnya.”
Makan
daging hanya melenyapkan benih cinta kasih dalam diri kita dan membuat semua
mahluk takut mendekati kita karena energi kebencian dari daging binatang yang
menolak dibunuh melekat ditubuh kita. Dalam berlatih Metode Meditasi Pendengaran
Bodhisattva Avalokitesvara tidak diperkenankan makan daging apapun secara keras
karena makan daging tetap akan bertumimbal lahir dialam-alam kehidupan. Dalam
Suranggama Sutra, Buddha Sakyamuni mengatakan:
“Kalian
semua harus mengetahui walaupun pemakan daging sewaktu-waktu memperoleh
pengalaman bahwa pikiran mereka terbuka, seperti dapat memasuki meditasi dengan
pikiran tenang tetapi sesungguhnya mereka telah melakukan kejahatan besar dan
setelah mereka meninggal tetap terbelenggu roda samsara.”
Inilah tiga hal yang harus kita perhatikan sebelum memperaktekkan Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara ini. Setiap jaman baik masa lalu, sekarang dan akan datang tetap akan ada seorang Guru Tercerahkan didunia yang mengajarkan Metode Suara Batin ini, walaupun mereka bisa dihitung dengan tangan. Pada masa lalu untuk mencari seorang Guru Tercerahkan, seseorang harus mengembara meninggalkan kekayaan, kerajaan bahkan keluarga mereka, namun dijaman teknologi yang telah maju tidak perlu demikian. Guru-Guru Meditasi Suara Batin dapat dijumpai dengan mudah di belahan dunia. Dengan berbekal kitab suci dan pemahaman maka kita harus mencocokkan apa yang diajarkan mereka apakah sama dengan kitab suci.
Keistimewaan
Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara
Metode
meditasi yang dipraktekan Bodhisattva
Avalokitesvara sangat berbeda dengan metode meditasi lainnya. Hal ini
menyebabkan kenapa Buddha Sakyamuni menganjurkan pada masa akan datang manusia
yang ingin mencapai pencerahan dan memasuki Nirvana harus juga memperaktekan
metode ini. Ada beberapa keistimewaan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva
Avalokitesvara dengan metode meditasi lainnya yaitu:
1.
Metode
ini dapat dipraktekan siapa saja
Maksud
dapat dipraktekan siapa saja adalah metode ini dapat dipraktekan oleh umat
perumah tangga ataupun yang tidak berumah tangga. Menurut Buddha Sakyamuni
kesucian dapat dicapai dalam kehidupan berkeluarga dan yang tidak berkeluarga
(melajang). Banyak siswa yang berkeluarga mencapai kesucian waktu Buddha
Sakyamuni mengajar. Salah satunya adalah Bodhisattva Vimalakirti. Beliau
memiliki seorang istri dan berdagang namun Ia tetap membina diri dengan baik
sehingga Ia memiliki pengetahuan Dharma yang mendalam. Beliau juga membantu
tugas Buddha Sakyamuni dalam menyadarkan manusia didalam Dharma. Didalam Sutra
Vimalakirti Nirdesa di ceritakan bahwa Vimalakirti menderita sakit dan Buddha
Sakyamuni memerintahkan para Arahat dan Bodhisattva untuk menjengguknya namun
mereka tidak berani melakukan tugas yang diperintahkan Buddha Sakyamuni karena
Vimalakirti Bodhisattva pernah menegur kelemahan mereka didalam Dharma. Hanya
Bodhisattva Manjusri saja yang berani menjenguk Vimalakirti karena hanya Ia saja
yang mampu mengimbangi kebijaksanaan Bodhisattva Vimalakirti. Sama halnya
demikian jika seseorang baik yang berkeluarga maupun hidup melajang yang
memperaktekan Metode Pendengaran Bodhisattva harus membina diri dengan baik maka
baru bisa berhasil seperti Bodhisattva- Bodhisattva dimasa lalu.
2.
Suara
Batin diluar enam indera
Objek
suara batin bukan berasal dari enam indera (mata, telinga, hidung, mulut, kulit
dan pikiran). Jadi walaupun orang tuli jika mendapatkan inisiasi dari Guru
Transmisi Suara Batin dapat mendengar suara batin juga karena suara ini bukan
berasal dari luar indera. Bodhisattva Manjusri telah menunjukkan kelemahan dari
metode meditasi lainnya dan menunjukan kelebihan Metode Pendengaran Bodhisattva
Avalokitesvara didalam Suranggama Sutra. Hal ini dapat kita baca kembali didalam
Suranggama Sutra.
3.
Setelah
meninggal dapat melanjutkan latihan dialam-alam rohani
Maksudnya
adalah jika seseorang telah giat berlatih Metode Meditasi Pendengaran
Bodhisattva Avalokitesvara namun belum berhasil mencapai Nirvana didalam
kehidupan ini, maka ia dapat melanjutkan latihan meditasinya dialam-alam rohani.
Banyak alam rohani yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni seperti alam Dewa,
Brahma, Bodhisattva dan alam Buddha. Kenapa kita bisa melanjutkan metode
meditasi yang telah kita peraktekan? Karena Objek meditasi Suara Batin tidak
berhubungan dengan indera-indera dari jasmani. Waktu meninggal bagian-bagian
jasmani akan musnah seperti mata, telinga, hidung dan sebagainya. Namun bagi
praktisi Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara tidak perlu khawatir
karena ia tetap bisa berlatih melanjutkan latihannya dialam-alam rohani dan
jelmaan Guru akan menemaninya dialam itu.
Inilah
beberapa keistimewaan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara,
namun sebenarnya masih banyak lagi keistimewaannya yang belum dibahas. Hanya
dengan mempelajari dan memperaktekan metode ini maka semua keistimewaan yang
lain akan kita jawab sendiri.
Guru
Meditasi Suara Batin yang Hidup
Mencari
seorang Guru meditasi yang dapat mengajarkan kita dalam melatih rohani haruslah
sangat hati-hati. Perjalanan rohani sangat berbahaya jika tidak didampingi oleh
seseorang yang berpengalaman dibidangnya. Seperti masuk kedalam hutan yang lebat
setidaknya kita memiliki peta dan seorang pemandu yang sudah berpengalaman. Guru
hidup adalah pemandu kita dalam
melakukan perjalanan rohani. Seorang
pasien tidak dapat memperoleh obat dari dokter yang meninggal dunia walaupun ia
begitu pandai. Begitulah seorang guru hidup datang dizamannya dan menolong
orang-orang yang berada dizamannya. Setelah mereka meninggal dunia ia menunjuk
seseorang untuk melanjutkan tugasnya. Hanya manusia yang dapat mengajar manusia
inilah hukum alam. Para Buddha Bodhisattva harus turun kedunia memakai jubah
manusia untuk menolong manusia. Bodhisattva Avalokitesvara harus turun kedunia
untuk menolong manusia. Ia lahir di negeri China sebagai putri Miau Shan yang
dikenal dengan Dewi Kwan Yin. Bodhisattva Maitreya pernah lahir sebagai biksu
berkantong. Banyak Bodhisatva yang turun kedunia tapi kita tidak
mengenalnya.
Untuk mengenali mereka kadang sulit tapi setidaknya mereka dapat
membuktikan kebenaran dalam kitab suci Buddha. Apa yang dilakukan Buddha
Sakyamuni sedikit banyak mereka dapat melakukannya. Seperti dapat membawa orang
kejalan penerangan dengan menunjukkan kesejatian. Mereka dapat membawa
murid-muridnya mengunjungi alam-alam rohani seperti alam surga, neraka bahkan
alam para Buddha. Yang lebih penting lagi mereka harus memiliki ribuan bahkan
milyaran jelmaan untuk menjaga murid-muridnya baik jauh maupun dekat. Seperti
yang tercantum dalam Sutra Ksitigarbha Bodhisattva diceritakan bahwa Bodhisattva
Ksitigarbha memiliki badan jelmaan yang tak terhitung banyaknya dialam-alam
neraka dan dalam Saddharma Pundarika Sutra diceritakan bahwa Bodhisattva
Avalokitesvara memiliki badan jelmaan yang ada disetiap alam dan dapat mewujud
menjadi apa saja untuk menolong umat sengsara.
Buddha Sakyamuni dikenal sebagai guru manusia dan para dewa karena
waktu muridnya bermeditasi mereka melihat guruNya mengajar dialam dewa bukan
hanya dialam manusia, karena gurunya dapat menjelmakan dirinya untuk mengajar
dialam-alam lain. Seorang guru yang hidup harus memiliki milyaran jelmaan untuk
menjaga murid-muridnya secara rohani jika tidak iblis akan menyesatkan mereka.
Seorang Guru Hidup harus Maha Hadir ( Omnipresent ) atau ada dimana-mana karena
ia telah bersatu dengan alam semesta, Ia telah menembus ruang dan
waktu.
Jadi kita dapat mengetahui 3 syarat utama dari Guru Hidup yang
mengajarkan Metode Suara Batin yaitu:
1.
Guru
tersebut harus bisa menunjukkan Kesejatian kepada murid-muridnya.
Apakah yang Kesejatian itu? Kesejatian
adalah Hakikat Kebuddhaan yang bersemayam dalam semua mahluk. Waktu mengalami
penerangan seseorang akan mengalami kesejatiannya sendiri. Jadi Guru tersebut
harus mampu menunjukkan Hakikat Kebuddhaan yang bersemayam dalam diri kita.
Namun apakah Kesejatian atau Hakikat Kebuddhaan itu? Buddha
sakyamuni mengatakan dalam Sutra Maha Kesadaran Sempuna:
“Pada dasarnya jati diri ini suci bersih,
terang benderang, tenang, tanpa reaksi, tidak lahir dan tidak lahir dan tidak
mati. Ia adalah sari pribadi Buddha (Hakikat Kebudhaan).”
Jati
Diri atau Hakikat Kebuddhaan adalah Cahaya yang terang benderang, Cahaya abadi
yang bersemayam dalam batin semua mahluk. Para Arahat dan Bodhisattva mengalami
Cahaya yang terang benderang waktu mengalami pencerahan seperti yang diceritakan
dalam Suranggama Sutra, sedangkan Bodhisattva Avalokitesvara tercerahkan setelah
mendengar Suara Batin. Dalam memperaktekkan Metode Meditasi Pendengaran
Avalokitesvara seseorang harus mendengar Suara Hakikat Dirinya. Suara yang
berasal dari Hakikat diri atau Hakikat Kebuddhaan. Sebenarnya Cahaya dan Suara
ini adalah satu, pada frekuensi tertentu maka getaran akan berubah menjadi suara
dan pada frekuensi tinggi akan berbuah menjadi cahaya. Cahaya Suara Batin ini
tidak dapat dipisahkan seperti matahari dengan panasnya. Cahaya dan Suara adalah
sejati, Cahaya dan Suara ini dibicarakan dalam semua kitab suci. Cahaya dan
Suara ini diluar 6 indera (mata, telinga, hidung, mulut, kulit dan pikiran).
Cahaya dan Suara ini berasal dari alam rohani bukan dari dunia ini. Walaupun
orang itu mengalami buta dan tuli tapi jika diinisiasi ia dapat melihat Cahaya
dan mendengar Suara ilahi ini. Walaupun ia meninggal ia masih dapat berlatih
metode ini dialam-alam rohani. Seperti kita mengendarai kendaraan dimalam hari
kita memerlukan cahaya lampu dan setidaknya ada suara mesin, jadi kita tahu
bahwa kita sedang berjalan untuk pulang.
2.
Guru
Meditasi Suara Batin harus memiliki tubuh jelmaan yang tanpa
batas.
Bodhisattva
Avalokitesvara memiliki badan jelmaan yang dapat hadir disepuluh penjuru alam
semesta, demikianlah paling tidak seseorang Guru Suara Batin harus mampu
memiliki tubuh jelmaan yang tanpa batas sama seperti Bodhisattva Avalokitesvara.
Tubuh jelmaan ini digunakan untuk menjaga siswanya baik jauh maupun dekat agar
terhindar hal-hal yang tidak diinginkan.
3.
Mengajarkan
ke jalan hidup yang benar
Apakah
itu jalan hidup yang benar? Jalan hidup yang benar adalah jalan yang mencegah
seseorang berbuat jahat. Mengajarkan seseorang untuk mengasihi mahluk lainnya
walaupun itu seekor binatang. Mengajarkan siswanya untuk menjalankan Jalan Utama
Beruas Delapan seperti yang diajarkan oleh sang Buddha yang terdiri dari Sila (
Moral ) , Samadhi (Meditasi) , Panna (Kebijaksanaan).
Inilah
3 syarat untuk mengenali seorang Guru Meditasi Suara Batin. Bagi mereka yang
tertarik mempelajari Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara ini bisa
mempelajarinya dari Guru Adi Dharma. Beliau adalah salah satu Guru Meditasi
Suara Batin didunia yang mengajarkan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva
Avalokitesvara kepada banyak orang yang ingin mendalami rohani. Untuk
mempelajari Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara, Guru Adi Dharma
menetapkan beberapa syarat-syarat yang harus dijalankan sebelum mendapatkan
inisiasi. Inisiasi adalah proses membuka mata kebijaksanaan sehingga siswa dapat
mendengar Suara Batin.
Syarat-syarat
yang harus dijalankan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan inisiasi
adalah:
1.
Siswa
harus menjalankan diet vegetarian minimal 3 bulan atau lebih sebelum
inisiasi.
Setelah
inisiasi siswa harus tetap vegetarian seumur hidup jika ia masih tetap ingin
berlatih Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara.
2.
Berusaha
menjalankan 5 aturan moral (sila)
Berlatih
rohani tanpa latihan moral akan sia-sia. Latihan moral dijalankan agar latihan
rohani siswa tidak merosot. Siswa setidaknya harus menjalankan 5 aturan moral,
yaitu:
1.
Berusaha
menghindari pembunuhan.
Pembunuhan
ada 2 jenis yaitu langsung dan tidak langsung.
Pembunuhan langsung seperti kita membunuh binatang dengan pisau sehingga
mati. Pembunuhan tidak langsung seperti orang lain yang membunuh mahluk hidup
untuk kepentingan kita karena kita hendak memakan dagingnya.
2.
Berusaha
menghindari pencurian.
Menghindari
pencurian seperti tidak mengambil barang yang tidak diberikan kepada
kita.
3.
Berusaha
menghindari kata-kata yang tidak benar.
Menghindari
kata-kata tidak benar seperti berdusta, bergunjing, berbohong, dan
sebagainya.
4.
Berusaha
menghindari perbuatan asusila.
Perbuatan
asusila seperti melakukan hubungan badan diluar pernikahan, amoral dan lain
sebagainya. Jika siswa tidak bisa hidup selibat dianjurkan untuk mencari
pasangan hidup dan menikah secara resmi sehingga terhindar dari perbuatan
asusila.
5.
Berusaha
menghindari mengkomsumsi makanan dan minuman yang melemahkan
kesadaran.
Siswa
dilarang mengkomsumsi narkoba, minuman keras, menghisap rokok dan sejenisnya
yang dapat melemahkan kesadaran spiritual.
Lima
sila ini sebagai pelindung dalam latihan rohani, seperti pagar yang melindungi
rumah dari serangan binatang-binatang buas. Jika siswa tidak berusaha
menjalankan sila itu, ia seperti menampung air dengan susah payah kedalam ember
yang bocor. Sehingga berlatih rohani dengan tekun pun akan sia-sia.
3.
Menjalankan
Mata Pencaharian Benar
Mata
pencarian yang benar yaitu mata pencarian yang tidak merugikan mahluk lain dan hal-hal yang merugikan latihan rohani. Hal
ini ditujukan agar siswa di dunia tidak melakukan banyak ikatan karma yang
mengikatnya di dunia ini. Lima macam mata pencarian yang tidak benar
yaitu:
1.
Dilarang
berdagang daging, seperti daging segala jenis binatang.
2.
Dilarang
berdagang minuman dan makanan yang memabukkan, seperti menjual minuman keras dan
sebagainya.
3.
Dilarang
berdagang mahluk hidup, seperti menjual ayam, ikan dan sebagainya.
4.
Dilarang
berdagang senjata, seperti pisau, pedang, senapan dan sebagainya.
5. Dilarang berdagang racun, seperti racun tikus
dan sebagainya
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus